tag:blogger.com,1999:blog-59754446716336029202024-03-13T22:47:20.432-07:00Dzikir Manaqib Al BaghdadiDzikir Manaqib Sultonil Aulia Syech Abdul Qadir Al Dzaelani mengajarkan tentang Keimanan yang satu yaitu ALLAH SWT dan MUHAMMAD SAW Sebagai nabi terakhir dan Rasulnya.Dzikir Manaqib Al Baghdadi ini mengajarkan Hakekat keimanan dan cinta Kepada Allah,Nabi dan Rasul Allah,Wali-walinya Allah dan Ulama-Ulama Allah,walaupun cara penyampaiannya bagi sebagian orang dianggap nyeleneh dan berbeda dari yang lainnya dalam mengajarkan tauhid keimanan.Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.comBlogger51125tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-57084028849938025022012-02-16T02:28:00.000-08:002012-02-16T02:28:06.356-08:00Bersatulah, Jangan Seperti Orang-Orang yang Bercerai-BeraiDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br />
<br />
Segala Puji hanya bagi Allah Rabb Semesta Alam. Shalawat dan Salam untuk Nabi Muhammad SAW.<br />
<br />
Paling agungnya nikmat dalam kebersamaan adalah bahwa adanya penyatuan hati dan ikatan hati di antara kita. Dan paling buruknya nikmat dalam suatu hidup kebersamaan adalah perpecahan dan bercerai-berai. Di sana banyak hadits dalam ilmu psikologis dan ilmu jiwa apa saja yang menyebabkan timbulnya perpecahan. Dan mereka telah meletakkan berbagai macam pemecahan untuk itu. Dan ketika kita melihat Al-Qur’an kita menemukan ini dalam suatu ayat. Itulah keadaan Al-Qur’an sebagai suatu mukjizat, ia mendatangkan dari berita yang besar dalam suatu kalimat efektif.<br />
<br />
Allah SWT menyebutkan dari umat terdahulu yang telah mendahului kita. Mereka adalah kaum Nasrani, mereka mengikuti nabi Isa AS, lalu terjadi masalah besar dalam agama mereka. Itulah yang menyebabkan perpecahan dalam diri mereka. Dan ayat menggambarkan kondisi manusia. Hal ini berulang-ulang, dan menyebabkan pengulangan dalam setiap kejadian, di setiap zaman dan tempat, di setiap pertemuan, dan di setiap kebersamaan, terutama dalam setiap perkumpulan karena Allah SWT. Allah berfirman,<br />
<br />
وَمِنَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى أَخَذْنَا مِيثَاقَهُمْ فَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ<br />
<br />
“Dan di antara orang-orang yang mengatakan: “Kami ini orang-orang Nasrani”, Kami telah mengambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka, maka Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat.” (QS. Al Maidah: 14)<br />
<br />
Inilah pondasi utama dalam setiap kita berkumpul dan bersama. Kenapa Allah SWT menyebutkan ini dalam ayat ini? Agar tidak terjadi hal yang sama. Dan Allah menyebutkan kapan terjadinya.<br />
<br />
Dalam suatu kitab dikatakan bahwa di antara orang Nasrani, Allah SWT telah mengambil perjanjian di antara mereka. Mengambil perjanjian di sini maksudnya adalah orang itu mengenal atau mempunyai ilmu terhadap ajaran Allah SWT. Dan dia telah mengetahui tentang kewajiban terhadap Allah SWT serta mengetahui kewajiban dakwah. Dia telah mengetahui tentang sunnah dan kewajiban untuk mengikutinya. Setiap apa yang kau ketahui itu sudah merupakan perjanjian terhadap Allah SWT. Dan di hari kiamat setiap orang akan ditanya tentang apa yang diketahui.<br />
<br />
كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ<br />
<br />
“Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya (neraka), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu?” (QS. Al-Mulk: 8 )<br />
<br />
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً<br />
<br />
“… Kami tidak akan menyiksa sebelum kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Isra: 15)<br />
<br />
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ<br />
<br />
“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah” (QS. Muhammad: 19)<br />
<br />
Dan siapa yang tidak ikut terhadap Rasul padahal telah jelas kepadanya petunjuk? Barang siapa yang telah jelas kepadanya petunjuk tapi ia tidak komitmen kepada petunjuk tersebut, maka Allah akan menagih perjanjian itu.<br />
<br />
Lalu apa yang terjadi? Terjadi bahwa sebagian jiwa manusia: LUPA. Melupakan apa yang telah diperingatkan kepada mereka. Lupa mengandung dua makna dalam Al-Qur’an.<br />
<br />
Makna pertama adalah tidak adanya ilmu. Seperti dalam surat Al-Kahfi bahwa sesungguhnya syaitan telah membuatnya lupa (QS. 18: 63). Inilah tidak adanya ilmu. Makna lupa yang kedua adalah meninggalkannya. Inilah yang dimaksud dengan yang di surat Al Maidah ayat 14 di atas. Maka barang siapa yang meninggalkan sesuatu yang telah diketahuinya, itulah lupa. Seperti dalam suatu ayat,<br />
<br />
نَسُواْ اللّهَ فَنَسِيَهُمْ<br />
<br />
“Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula).” (QS. At-Taubah: 67)<br />
<br />
Mereka meninggalkan ajaran Allah, mereka meninggalkan ketaatan kepada Allah, dan mereka melalaikan perintah Allah. Kaum Bani Israil, mereka melupakan apa yang telah diperingatkan kepada mereka. Dikatakan dalam suatu ayat:<br />
<br />
وَنَسُواْ حَظّاً مِّمَّا ذُكِّرُواْ بِهِ<br />
<br />
“dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan (hazhzhan) yang telah diperingatkan kepada mereka (dzukkiruu bihi)” (QS. Al-Maidah: 13)<br />
<br />
“Hazhzhan”. Apa itu hazhzhan? Hazhzhan artinya adalah sebagian atau bagian kecil. Allah menjelaskan bahwa mereka telah meninggalkan sebagian kecil dari ajaran yang telah diingatkan kepada mereka. Inilah sebab terjadinya persatuan dan di sinilah sebab terjadinya perpecahan. Jadi ketika telah meninggalkan sebagian dari apa yang telah diajarkan kepada mereka, maka di sini sebab timbulnya perpecahan. Terutama dalam masalah-masalah besar yang menyangkut masalah pondasi agama, serta pegangan prinsip agama.<br />
<br />
Allah SWT berfirman:<br />
<br />
فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ<br />
<br />
“… maka Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka …” (QS. Al-Maidah: 14)<br />
<br />
Apa artinya أَغْرَيْنَا ? Apa artinya al-ighra? Al-Ighra artinya mendorong ulang. Artinya bahwa permusuhan menjadi sesuatu yang dia sukai. Maka dia menjadikan perpecahan itu sebagai sesuatu yang dia senangi. Apa sebabnya? Karena mereka melupakan sebagian dari apa yang telah diingatkan dari Allah SWT kepada mereka. Inilah ringkasan dari seluruh persoalan.<br />
<br />
Bukan berarti kita meninggalkan persoalan lain tapi ini masalah utama. Ketika kita ingin istiqamah dan kita ingin persatuan yang kuat dan kebersamaan yang kuat, maka hendaklah kita melihat makna ayat ini dan kita melakukan apa yang dilakukan oleh para sahabat: setiap diperintahkan mereka melaksanakan, setiap dilarang mereka meninggalkannya. Karena itu mereka bersatu. Maka dikatakan mereka seperti satu hati.<br />
<br />
Raja orang kafir mengatakan, “Kami telah melihat teman-teman Kisra dan kaisar tapi kami tidak pernah menemukan seperti sahabat Muhammad”. Maka berkata salah seorang panglima di kisaran Qodisiyah bahwa orang-orang Islam telah belajar dari Muhammad. Inilah persatuan yang dibangun di atas pondasi.<br />
<br />
Ada pun orang yang pura-pura berbasa-basi, maka Allah SWT akan mengungkap kebasa-basian. Allah SWT tidak memperbaiki orang yang berbuat kerusakan. Dan Allah SWT tidak memberikan janji kepada orang-orang yang berkhianat. Dan sebaliknya, Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang shalih. Dan Allah menunjukkan jalan keluar bagi orang-orang beriman. Dan Allah menjauhkan keburukan dari mereka.<br />
<br />
Maka setiap kamu menemukan dalam hati suatu keinginan untuk bersatu maka berarti Allah telah menginginkan kebaikan darinya. Dan kebalikannya – ini juga merupakan kebenaran – jika ada seseorang yang dalam dirinya ingin perpecahan-perpecahan berarti Allah menginginkan keburukan darinya. Karenanya Allah SWT mengingatkan janganlah engkau berpecah belah seperti orang terdahulu berpecah belah.<br />
<br />
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَاخْتَلَفُواْ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْبَيِّنَاتُ<br />
<br />
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas (al-bayyinat).” (QS. Ali Imran: 105)<br />
<br />
Lihatlah makna yang sama antara ذُكِّرُواْ بِهِ (dzukkiru bihi) dengan makna الْبَيِّنَاتُ (al-bayyinat).<br />
<br />
Keadilan itu jelas. Kebenaran itu jelas. Pondasi agama jelas. Iman dan seluruh rukun-rukunnya jelas. Tujuan semuanya telah nampak. Semua itu merupakan al-bayyinat. Kepadanya hati orang-orang beriman berkumpul. Dan kepadanya barisan orang-orang shalih berkumpul. Inilah jalannya orang-orang beriman sepanjang sejarah. Kita mohon kepada Allah SWT semoga kita tergolong orang-orang yang bertaqwa.<br />
<br />
Sumber:dakwatunaDzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-79758190599896244662012-02-16T02:20:00.000-08:002012-02-16T02:20:12.717-08:00Bidadari-Bidadari Surga yang DisegerakanDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br />
<br />
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda: “Selalu wasiatkan kebaikan kepada para wanita. Karena mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok dari jalinan tulang rusuk ialah tulang rusuk bagian atas. Jika kalian paksa diri untuk meluruskannya, ia akan patah. Tetapi jika kalian mendiamkannya, ia akan tetap bengkok. Karena itu, wasiatkanlah kebaikan kepada para wanita.” (HR. Al-Bukhari)<br />
<br />
Wanita adalah sebuah maha karya Allah. Dibalik kelembutannya ada kekuatan yang dapat menggerakkan sebuah laju peradaban. Islam dengan segala kemuliaannya telah berhasil meletakkan dengan ideal posisi kaum wanita dalam gempita kehidupan. Dan fakta sejarah pun mengungkapnya dengan elok, bahwa di setiap keberhasilan orang-orang besar selalu ada wanita-wanita kuat di belakangnya. Tapi, tidak semua wanita berkenan menempati posisi-posisi itu. Dengan hadirnya racun-racun demokrasi, omong kosong HAM atau bualan feminisme, wanita telah kehilangan karakter-karakter dasar kemanusiaannya. Fungsi-fungsi wanita telah terdistorsi dari letak fitrahnya.<br />
<br />
Namun, di tengah kerusakan pemahaman yang semakin kuat, ada sebagian wanita yang tetap menjunjung tinggi martabat mereka. Memelihara nilai-nilai kefitrahan mereka sebagai seorang hamba. Pengorbanan dan perjuangan telah menjadikan para wanita-wanita ini bak bidadari-bidadari surga yang Allah segerakan kehadirannya. Inilah wanita-wanita yang membuat resah para bidadari-bidadari Surga karena kemuliaannya. Menerbitkan cemburu di ufuk hati para bidadari Surga.<br />
<br />
<b>1. Ibu: Oase Cinta Yang Takkan Kering</b><br />
<br />
“Makan malamlah bersama Ibumu hingga ia senang.<br />
<br />
Hal itu lebih aku senangi daripada haji sunnah yang kamu kerjakan.”<br />
<br />
(Al-Hasan bin Amr Rahimahullahu)<br />
<br />
Hijrah bukan semata keputusan ideologis-teologis, lebih jauh hijrah adalah sebuah keputusan psikologis, terlebih dalam konteks di saat kita dalam posisi seorang anak. Dan hal inilah yang dirasakan oleh seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.<br />
<br />
Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash Radhiyallahu ‘Anhu seorang lelaki mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Aku berjanji setia kepadamu wahai Rasulullah untuk berhijrah. Tetapi aku meninggalkan orang tuaku dalam keadaan terus menangis.” Ucap lelaki itu. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Pulanglah kepada keduanya. Buatlah keduanya tertawa, sebagaimana kau telah membuatnya menangis.” (HR. Muslim)<br />
<br />
Ibu, adalah representasi bidadari surga yang paling terang. Hatinya adalah oase cinta kehidupan yang menyejukkan, airnya bening dan tak pernah menemui kekeringan. Kasih sayang dan pelukannya adalah hembus angin kedamaian. Jasa-jasanya takkan pernah dapat terbilang, sekalipun dengan formula-formula canggih matematika atau fisika modern.<br />
<br />
Imam Bukhari dalam Shahih Al Adabul Mufrad No.9 meriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwa suatu hari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma melihat seorang menggendong Ibunya untuk tawaf di Ka’bah dan ke mana saja sang Ibu menginginkan. Kemudian orang tersebut bertanya, “Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku?”, “Belum, setetes pun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu” Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma.<br />
<br />
Pada kisah lain yang diceritakan Abul Faraj Rahimahullahu. Sesungguhnya seorang laki-laki datang kepada Umar lalu berkata, “Sesungguhnya aku mempunyai ibu yang sudah tua renta. Dia tidak menunaikan keperluannya kecuali punggungku yang menjadi tanggungannya. Apakah aku sudah membuatnya ridha dan bisa berpaling darinya? Apakah aku sudah menunaikan kewajiban kepadanya?” Umar Radhiyallahu ‘Anhu menjawab, “Belum”. “Bukankah aku telah membawanya dengan punggungku dan aku merelakan hal itu untuknya.” tukas lelaki itu. “Tapi, dia telah melakukannya dan dia berharap agar engkau hidup dan tetap berada di pangkuannya. Sebaliknya, engkau melakukannya dan berharap untuk segera berpisah dengannya,” tegas Umar Radhiyallahu ‘Anhu, sehingga membuat orang itu tak lagi sanggup mengeluarkan kata-kata.<br />
<br />
Sebesar apapun pengorbanan yang kita berikan pada Ibu, se-zarah pun tak akan dapat menggantikan pengorbanan yang diberikan ibu kepada kita. Dengan memahami bahwa bakti dan pengorbanan kita tak akan pernah bisa membalas kebaikan ibu, semoga bisa menyadarkan kita untuk selalu memahami dan menyelami keinginannya.<br />
<br />
Di dunia ini, tak akan pernah kita temukan cinta kasih seindah cinta kasih seorang Ibu. Tentang hal ini dengan apik Imam Adz Dzahabi rahimahullahu menguraikan, “Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan yang serasa sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya. Dia telah menyusuimu dengan air susunya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu. Dia bersihkan kotoranmu dengan tangan kanannya, dia utamakan dirimu atas dirinya serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikanmu semua kebaikan, dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan kesedihan yang panjang. Dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu, dan seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka ia akan meminta supaya kamu hidup dengan suara yang paling keras. Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlaq yang tidak baik. Dia selalu mendoakanmu agar mendapat petunjuk, baik di dalam sunyi maupun ditempat terbuka. Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu. Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar. Engkau puas dalam keadaan ia haus. Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu. Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat. Begitu berat rasanya bagimu memeliharanya, padahal itu urusan yang mudah…”<br />
<br />
Ibu, benar-benar bidadari Surga yang Allah turunkan dengan segera. Maka, sampaikanlah kepadanya betapa kita mencintainya, dan berterima kasihlah atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya kepada kita. Semoga Allah mengampuni dosanya, memberkahi usianya, dan mengumpulkan kita kembali dalam surgaNya.<br />
<br />
<b>Ibu, Poros Awal Peradaban</b><br />
<br />
<b>“Karir terbaik seorang wanita adalah menjadi ibu rumah tangga” (Mario Teguh)<br />
</b><br />
Anak yang unggul hanya akan lahir dari ibu yang unggul. Maka, sudah semestinya tidak layak lagi ada pandangan bahwa menjadi Ibu rumah tangga adalah sebuah tindakan pengekangan bagi para wanita untuk mengembangkan potensi-potensinya. Adalah para penganut feminisme, menggugat secara serampangan pembagian wilayah tanggung jawab antara kaum pria dan wanita. Para feminis beranggapan wilayah kerja wanita yang lebih cenderung pada ranah private adalah bentuk ketidakadilan terhadap kaum wanita. Lebih jauh mereka beranggapan melalui keikutsertaan wanita pada ranah publik dapat meningkatkan kualitas dan kapasitas kaum wanita. Benarkah demikian?<br />
<br />
Saya selalu ingat apa yang dikatakan ibu saya, “Perempuan bagiannya di rumah, sedang laki-laki di luar rumah.” Sepintas terdengar sangat diskriminatif. Tapi, makin lama saya makin paham bahwa inilah yang dimaksud Job Descpription. Layaknya sebuah organisasi, keluarga pun mutlak memiliki job description. Dan hal yang harus kita pahami adalah tidak ada yang menjamin seorang yang memiliki wilayah kerja di sektor publik akan memiliki kemuliaan dan kualitas lebih baik dari seorang ibu yang memiliki wilayah tanggungjawab pada sektor privat. Karena semua kemuliaan mutlak hanya akan dipetik dari ketaqwaan dan ketaatan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga kita dapat renungkan apa yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam QS. An-Nisaa’ ayat 32, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”<br />
<br />
Ibu, sebagai seorang ‘manajer’ rumah tangga adalah sebuah entitas terpenting dalam konteks pembentukan sebuah generasi. Tanpa seorang ibu yang berkualitas takkan lahir para manusia-manusia berkualitas. Ibulah, madrasah peradaban yang paling awal. Dari para ibulah cetak biru sebuah poros peradaban ditentukan. Kesungguhan para ibu men-tarbiyah keturunannya adalah langkah nyata rekonsiliasi sebuah bangsa. Dan kerja-kerja macam ini, bahkan para bidadari surga pun belum tentu mampu melakukannya. Dengan kesungguhan inilah, bahkan para bidadari pun akan mencemburuinya.<br />
<br />
<b>2. Wanita Shalihah: Pesona Di atas Pesona</b><br />
<br />
Ia mutiara terindah dunia<br />
Bunga terharum sepanjang masa<br />
Ada cahaya di wajahnya, Betapa indah pesonanya<br />
Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya<br />
Kelak, ia menjadi bidadari surga, Terindah dari yang ada<br />
<br />
(Hanan)<br />
<br />
Ya, <b>bidadari surga yang Allah segerakan berikutnya adalah wanita shalihah</b>. Konteks tulisan ini sama sekali bukan tentang fisik. Kita hanya akan membahas hal-hal substansial yang bernama kesalehan. Untuk itu, cukuplah dialog penuh ‘ibrah antara Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang didokumentasikan oleh Imam Ath-Thabrani sebagai pecut penyemangat, pengobar ruh kesalehan.<br />
<br />
Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha berkata, “Wahai Rasulullah, Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jelaskanlah kepadaku firman Subhanahu wa Ta’ala tentang bidadari-bidadari yang bermata jelita.” (QS. Ad-Dukhan: 54) Beliau menjawab, “Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau seperti sayap burung nasar.”<br />
<br />
Aku berkata lagi, “Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, “Laksana mutiara yang tersimpan baik.” (Al-Waqi’ah: 23) Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”<br />
<br />
Aku berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, “Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (Ar-Rahman: 70) Beliau menjawab, “Akhlaqnya baik dan wajahnya cantik jelita.”<br />
<br />
Aku berkata lagi, “Jelaskan kepadaku firman Allah, “Seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik.” (Ash-Shaffat: 49) Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.”<br />
<br />
Aku berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, Penuh cinta lagi sebaya umurnya” (Al-Waqi’ah: 37) Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya.”<br />
<br />
Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli” Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”<br />
<br />
Aku bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?” Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, “Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.”<br />
<br />
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga? Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaqnya paling bagus, lalu dia berkata, “Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaqnya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya”. Wahai Ummu Salamah, akhlaq yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.”<br />
<br />
Keshalihan dan akhlaq baiklah sumber kemuliaan, semoga kita dapat meraihnya. Amiin<br />
<br />
Sumber : DakwatunaDzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-35274205902648455432012-02-16T02:08:00.000-08:002012-02-16T02:08:52.798-08:00Wahai Para Istri, Menaati Suami adalah Kunci SurgaDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br />
<br />
Syariat Islam telah mengatur hak suami terhadap istri dengan menaatinya. Istri harus menaati suami dalam segala hal yang tidak berbau maksiat, berusaha memenuhi segala kebutuhannya sehingga membuat suami ridha kepadanya. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallamdalam sebuah hadits pernah bersabda,<br />
<br />
“Jika seorang istri melakukan shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, memelihara kemaluannya dan menaati suaminya, niscaya dia akan memasuki surga Tuhannya.” (HR. Ahmad).<br />
<br />
Bahkan dalam hadits lain disebutkan,<br />
<br />
“Jika aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain, tentu aku akan menyuruh seorang istri untuk sujud kepada suaminya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).<br />
<br />
Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Khaliq (Sang Pencipta).” (HR. Ahmad).<br />
<br />
Oleh karena itu, seorang istri harus menuruti perintah suaminya. Jika suami memanggilnya, maka dia harus menjawab panggilannya. Jika suami melarang sesuatu maka dia harus menjauhinya. Jika suami menasihatinya maka dia harus menerima dengan lapang dada. Jika suami melarang tamu yang datang, baik kerabat dekat maupun jauh, baik dari kalangan mahram ataupun tidak, untuk masuk rumah selama dia bepergian, maka istri wajib mematuhinya.<br />
<br />
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Ketahuilah bahwa kalian mempunyai hak atas istri kalian dan istri kalian juga mempunyai hak atas kalian. Adapun hak kalian atas istri kalian adalah tidak mengizinkan orang yang kalian benci untuk memasuki rumah kalian.” (HR. At-Tirmidzi)<br />
<br />
Istri Yang Taat<br />
<br />
Istri yang taat adalah istri yang mengetahui kewajibannya dalam agama untuk mematuhi suaminya dan menyadari sepenuh hati betapa pentingnya mematuhi suami. Istri harus selalu menaati suaminya pada hal-hal yang berguna dan bermanfaat, hingga menciptakan rasa aman dan kasih sayang dalam keluarga agar perahu kehidupan mereka berlayar dengan baik dan jauh dari ombak yang membuatnya bergocang begitu hebat. Sebaliknya, Islam telah memberikan hak seorang wanita secara penuh atas suaminya, di mana Islam memerintahkannya untuk menghormati istrinya, memenuhi hak-haknya dan menciptakan kehidupan yang layak baginya sehingga istrinya patuh dan cinta kepadanya.<br />
<br />
Kewajiban menaati suami yang telah ditetapkan agama Islam kepada istri tidak lain karena tanggung jawab suami yang begitu besar, sebab suami adalah pemimpin dalam rumah tangganya dan dia bertanggung jawab atas apa yang menjadi tanggungannya. Di samping itu, karena suami sangat ditekankan untuk mempunyai pandangan yang jauh ke depan dan berwawasan luas, sehingga suami dapat mengetahui hal-hal yang tidak diketahui istri berdasarkan pengalaman dan keahliannya di bidang tertentu.<br />
<br />
Istri yang bijaksana adalah istri yang mematuhi suaminya, melaksanakan perintahnya, serta mendengar dan menghormati pendapat dan nasihatnya dengan penuh perhatian. Jika dia melihat bahwa di dalam pendapat suaminya terdapat kesalahan maka dia berusaha untuk membuka dialog dengan suaminya, lalu menyebutkan kesalahannya dengan lembut dan rendah hati. Sikap tenang dan lembut bak sihir yang dapat melunakkan hati seseorang.<br />
<br />
Ketaatan kepada suami mungkin memberatkan seorang istri. Seberapa banyak istri mempersiapkan dirinya untuk mematuhi suaminya dan bersikap ikhlas dalam menjalankannya maka sebanyak itulah pahala yang akan didapatkannya, karena seperti yang dikatakan oleh para ulama salaf, “Balasan itu berbanding lurus dengan amal yang dilakukan seseorang.” Tidak diragukan bahwa istri bisa memetik banyak pahala selain taat kepada suami seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya, namun pahala yang didapatkannya tidak sempurna jika tidak mendapatkan pahala dalam menaati suaminya, menyenangkan hatinya dan tidak melakukan sesuatu yang tidak disukainya.<br />
<br />
Anda mungkin menemukan benih-benih kesombongan mulai merasuki istri Anda, maka ketika itu hendaklah Anda berlapang dada kemudian menasihatinya dengan sepenuh hati. Layaknya sebuah perusahaan, pernikahan juga akan mengalami ancaman serius berupa perselisihan dan sengketa antara individu yang ada di dalamnya. Suami adalah pelindung keluarga berdasarkan perintah Allah kepadanya, maka dialah yang bertanggung jawab dalam hal ini. Sebab, keluarga adalah pemerintahan terkecil, dan suamilah rajanya, sehingga dia wajib dipatuhi. Allah Ta’ala telah berfirman,<br />
<br />
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.” (QS. An-Nisaa` [4]: 31)<br />
<br />
Batas-batas ketaatan<br />
<br />
Kewajiban istri untuk menaati suaminya bukan ketaatan tanpa batasan, melainkan ketaatan seorang istri yang shalih untuk suami yang baik dan shalih, suami yang dipercayai kepribadiannya dan keikhlasannya serta diyakini kebaikan dalam tindakannya. Dalam sebuah hadits disebutkan,<br />
<br />
“Tidak ada ketaatan dalam hal berbuat maksiat akan tetapi ketaatan adalah pada hal-hal yang baik.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud).<br />
<br />
Ketaatan istri ini harus dibarengi oleh sikap suami yang suka berkonsultasi dan meminta masukan dari istrinya sehingga memperkuat ikatan batin dalam keluarga. Konsultasi antara suami dan istri pada semua hal yang berhubungan dengan urusan keluarga merupakan sebuah keharusan, bahkan hal-hal yang harus dilakukan suami untuk banyak orang. Tidak ada penasehat yang handal melebihi istri yang tulus dan mempunyai banyak ide cemerlang untuk suaminya. Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam suka berkonsultasi dengan istri-istrinya dan mengambil pendapat mereka dalam beberapa hal penting.<br />
<br />
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam pernah berkonsultasi kepada istrinya, Ummu Salamah pada kondisi yang sangat penting di kala para sahabat enggan menyembelih unta dan mencukur rambutnya. Ketika itu Ummu Salamah meminta Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam untuk melakukannya terlebih dahulu dan tidak berbicara kepada siapa pun. Demi melihat hal itu, para sahabat pun melakukannya. Sungguh pendapat Ummu Salamah sangat brilliant!<br />
<br />
Akhirnya, kita dapat memahami bahwa Islam telah mengatur hak-hak suami-istri. Jika masing-masing pasangan melaksanakannya dengan cara terbaik tentu kehidupan rumah tangga akan bahagia, namun jika hak tersebut disalahgunakan dan tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka hal itu dapat menggagalkan sebuah ikatan perkawinan. Intinya adalah mengikuti Al-Qur`an dan hadits dalam menjalankan bahtera pernikahan sehingga tercipta keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Aamiin<br />
<br />
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/18671/wahai-para-istri-menaati-suami-adalah-kunci-surga/#ixzz1mXM4Or00Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-51363522902976342902011-07-12T10:10:00.000-07:002011-07-12T10:11:11.010-07:00Kuikhlaskan perjalanan terjal ini semata untuk ridhoNya.. (alkisah dari segala cobaan hidup)Dzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br />Hidup di dunia memang tidak mudah. Bahkan terlalu sulit kurasa. Ataukah karena aku belum bisa menyentuh kata ‘Ikhlas’ yang sebenarnya??? Atau memang aku masih jauh dari manusia yang sabar dan ikhlas.. Astaghfirulloh..<br /><br />Bingung, antara percaya dan tidak percaya, bingung bagaimana membesarkan anak tanpa Ayahnya, bingung bagaimana dengan perkuliahanku yang belum selesai, bingung dan bingung.. kerjaanku hanya diam dan bersandar sama Allah, karena aku yakin bahwa aku pun ga mampu menjalani semua ini atas ijin Allah. Hanya Allah Yang Maha Tahu untuk semua yang ada di dunia dan akherat. Ku mencoba untuk ikhlas, untuk pasrah, sabar dan apapun itu yang harus dilakukan dan disyariatkan agama..<br /><br />Sholat, doa, yang hanya bisa ku keluarkan..sambil selalu mencoba menancapkan keyakinan dalam hati, bahwa Allah lah pemilik semua alam ini, dan Allah lah yang Maha segalanya..<br /><br />Aku hanya bisa menjalani apa yang ada didepan mataku, kucoba untuk berbuat sedikit demi sedikit yang bisa kulakukan.. tanpa ada keinginan yang tinggi, mencoba mengalir bagai air..bagai air yang sudah diatur oleh alur sungai, begitu pula diriku, kupendekkan angan-angan, mencoba untuk bertahan dan berdiri tegak, belum berusaha untuk berjalan apalagi berlari.. Hm..memang susah, tetapi harus kucoba… hanya satu kata yang kucari yaitu “RIDHO” dari Allah,..<br /><br />Perjalanan ini kenapa begitu sukar bagiku?? Memang hidup ini harus dijalani dengan pelan-pelan dan penuh keseriusan, penuh dengan batu terjal dan gunung yang harus di daki.. <span style="font-weight:bold;">Bukankah ketika semakin tinggi gunung yang didaki, akan semakin indah pemandangan yang akan diliat??<br />Bukankah ketika semakin dalam menyelam juga pemandangan di bawah laut juga semakin indah??<br />Bukankah semakin berat perjuangan akan menghasilkan hasil yang sangat manis??</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Perjuangan ini memang tidak mudah, perlu cucuran air mata, perlu tetesan keringat, perlu cacian, makian bahkan hinaan yang akan membuatku semakin mengerti bahwa inilah jalan Allah, inilah kehidupan yang tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan..</span><br /><br />Ternyata, butuh proses yang tidak mudah untuk ini semua, dan itupun masih saja belum mampu untuk menyenangkan banyak orang.. kok menyenangkan banyak orang.. apa yang telah kulakukan sampai saat ini belum mampu membuat orang lain tersenyum bahagia..<br /><br />Apapun Alasannya tetapi tidak boleh berhenti, apapun hasilnya itu,.. baik, buruk, menyenangkan, dan menyakitkan adalah sesuatu yang harus diterima dengan tangan terbuka. Memang sih, sangat sulit untuk menerima semua ini dan berjalan dengan tetap tegak berdiri.. tetapi masih <span style="font-weight:bold;">ada sandaran yang tidak akan pernah meninggalkan kita, yaitu dzat yang luar biasa yaitu Allah SWT..</span><br /><br />Nah, siapa yang akan memberikan semangat padaku kalo bukan diriku sendiri, siapa yang akan membuatku tersenyum kalo bukan diriku sendiri, dan siapa yang akan membesarkan hatiku kalo bukan diriku sebagai diri pribadi..<br /><br />Memang, semua ini tidak pernah terpikirkan olehku, tetapi ‘buntut’ dari perjalanan ini juga tidak mudah, dan begitu banyak menyita pikiran dan energi… tetapi hidup harus berjalan dan roda dunia semakin berputar,<br /><br />Jadi.. <span style="font-weight:bold;">jangan menyerah, jangan berputus asa, Allah menyukai orang yang kuat, dan hanya orang2 yang kuat yang bisa menjalani ujian Allah dengan sukses..</span><br />Hanya kepada Allah, kupersembahkan doa yang tulus, ratapan yang memilukan, dan luapan emosi yang mendalam.. Sekarang, <span style="font-weight:bold;">luruskan niat hanya untuk menggapai ridho Allah…</span><br /><br />Insya Allah, Allah akan memberikan jalan yang terbaik..<br /><span style="font-weight:bold;">Bagi saudara2ku yang sedang mengalami kesusahan, kesedihan, percayalah bahwa ada Allah yang akan memberikan ‘kenikmatan’ yang luar biasa, kalo ga di dunia, insya Allah Allah akan memberikan di akherat nanti… Insya Allah, Allah Maha Adil.. Insya Allah, jangan berhenti berjuang, jangan berhenti untuk berharap, karena Allah akan mendengar ratapan kita.. Amin Yaa Rabbal 'alamin...Insya Allah</span>Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-19533273978953881792011-03-29T11:19:00.000-07:002011-03-29T11:35:38.775-07:00Keberuntungan menjadi Seorang MukminDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Keberuntungan</span> Bagi Seorang <span style="font-weight:bold;">Mukmin </span><br /><br />Apakah pernah pertanyaan berikut hinggap dibenak antum sekalian,<span style="font-weight:bold;">"kenapa ada orang yang tidak beriman, tidak pernah sholat malah hidup lebih beruntung daripada kita?"</span> Keberuntungan seorang mukmin dan yang bukan tentunya berbeda. <span style="font-weight:bold;">Keberuntungan seorang Mukmin akan abadi, dunia akherat sementara keberuntungan orang yang bukan Mukmin hanya sesaat, hanya pada waktu itu saja.'</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Keberuntungan berbeda dengan nasib</span>. Dua orang yang memiliki peluang sana belum tentu nasibnya sama. Banyak faktor yang menjadi penentu keberhasilan, ada faktor dibawah kendali dan ada faktor diluar kendali. Teori sederhana mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan intelektual (IQ) seseorang, semakin tinggi pula peluang mencapai keberhasilan. Akan tetapi <span style="font-weight:bold;">penelitian menunjukkan bahwa banyak orang yang memiliki IQ sangat tinggi justru bekerja dibawah perusahaan yang dipimpin oleh orang yang IQ-nya sedang-sedang saja.</span> Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kecerdasan emosional ( EQ ) lebih signifikan menentukan keberhasilan dibandingkan IQ. mengapa ? karena <span style="font-weight:bold;">hukum logika tidak selamanya relevan dengan problem solving</span>. Carut marut masalah sering tidak mengikuti prinsip - prinsip logika, oleh karena itu dibutuhkan pendekatan lain. Diantara pendekatan lain yang relefan dengan <span style="font-weight:bold;">problem solving dari keruwetan adalah kearifan dan kesabaran.</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kearifan berasal dari kata arab arofa- ma'rifat-arifin-ma'ruf. yang mengandung arti bukan hanya tahu tapi juga mengenal</span>. orang arif bukan hanya tahu masalah, tetapi juga mengenali karakterristik masalah, sehingga problem solving dengan pendekatan kearifan melahirkan penyelesaikan yang tuntas, bisa dipahami oleh semua pihak, bukan hanya logis. Hal-hal yang logis sering tidak bisa difahami oleh pihak yang kalah.<span style="font-weight:bold;"> Orang arif sering sengaja mengalah demi memperoleh kemenangan yang sesungguhnya, bukan kemenangan yang formal.</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kesabaran atau sabar mempunyai definisi yaitu tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi cobaan dan rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan</span>. Jadi sabar itu ada batasnya dan berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Orang yang selalu ingat tujuan biasanya mampu bersabar, sementara orang yang lupa tujuan sering mengerjakan hal-hal yang justru membuat tujuan semakin susah dicapai. <span style="font-weight:bold;">Sabar bukan kelemahan</span>, tetapi kekuatan menahan hal-hal yang tidak disukai hingga tujuan tercapai. <span style="font-weight:bold;">Sabar itu pahit tetapi buahnya manis</span>. Bertindak reaksioner mengikuti hawa nafsu sepertinya memuaskan, tetapi buahnya pahit.<br /><br />Kunci keberhasilan yang diajarkan oleh Nabi Muhamad, <span style="font-weight:bold;">Semua orang muslim berpotensi mengalami kegagalan, kecuali yang beriman.</span> <span style="font-weight:bold;">Semua yang beriman juga berpotensi mengalami kegagalan, kecuali yang membuktikan imannya dengan amal perbuatan. Tapi semua yang beramal juga memiliki potensi kegagalan kecuali yang beramal secara ikhlas. Nah, Ikhlas adalah kunci keberhasilan</span>. <span style="font-weight:bold;">Ikhlas adalah sikap tanpa pamrih, pamrihnya hanya kepada Allah</span>. <span style="font-weight:bold;">Seorang mukhlisin mencintai seseorang semata-mata karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala, membenci juga semata-mata karena Allah, menerima pemberian juga semata-mata karena Allah, menolak tawaran juga semata-mata karena Allah.</span><br /><br />Orang ikhlas seperti ini (mukhlisin) tidak memiliki beban ketika menerima akibat dari sikapnya, akibat nikmat atau akibat derita. Seorang pemimpin yang jujur dan lurus, karena kejujurannya dimusuhi oleh atasannya yang tidak setuju dan akhirnya direkayasa sehingga masuk penjara. Karena keikhlasannya , didalam penjara dia merasa menang, yaitu menang dari godaan tidak jujur. Ia merasa berhasil mempertahankan prinsip kebenarannya.<br /><br />Didalam penjara dia <span style="font-weight:bold;">mengadu kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, robbi assijnu ahabbu ilayya, "Ya Allah penjara lebih aku sukai daripada aku harus bersekongkol dengan ketidakjujuran."</span> Ketika waktu bergulir dan tiba saatnya kebenarannya terbuka, atasannya masuk penjara dan ia dikeluarkan. Nah, ketika itulah ia bertakbir mengagungkan Allah. mensyukuri keadilanNya. Sekali lagi ia merasa berhasil.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kunci Keberhasilan dalam Surah Wal' Asr Al-Qur'an surat Al-"Asr terjemahnya demikian: 1. Demi Masa 'Asr, 2. Sesungguhnya semua manusia dalam posisi rugi, 3. Kecuali mereka yang beriman dan membuktikan Imannya dalam bentuk amal sholeh, serta aktif mengingatkan orang lain tentang kebenaran dan kesabaran.<br /></span><br />Asar menurut perkspektif harian adalah saat yang tanggung karena sisa hari yang tinggal sedikit, sudah lelah dan sebentar lagi gelap malam. Asar menurut perspektif umur manusia adalah saat ketika orang sudah melampaui 75% usianya, sudah diusia senja. Asar menurut masa jabatan adalah tahun-tahun terakhir dari masa jabatannya, asar menurut perspektif dunia adalah ketika dunia sudah tua dan manusia hidup dimasa zaman akhir.<br /><br />Jadi menurut al-Quran semua orang pada saat asar itu dalam posisi lebih banyak memiliki banyak potensi kerugian. Apakah semuanya? Tidak. Orang beriman yang mewujudkan imannya dalam karya nyata memiliki kepedulain sosial komitmen moral selalu beruntung. Tidak pernah rugi,<span style="font-weight:bold;"> meski sudah di sore hari, meski diusia senja, meski di akhir masa jabatannya, meski hidup di akhir zaman bahkan diakherat kelak, seorang Mukmin akan selalu beruntung.</span>Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-24307155990795857022011-03-29T11:07:00.000-07:002011-03-29T11:07:13.154-07:00Dzikir Manaqib Al Baghdadi: Kebahagiaan Yang Hakiki<a href="http://dzikirmanaqibalbaghdadi.blogspot.com/2011/03/kebahagiaan-yang-hakiki.html#links">Dzikir Manaqib Al Baghdadi: Kebahagiaan Yang Hakiki</a><br /><br />Dzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al DzaelaniDzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-87705742914263335372011-03-29T10:19:00.000-07:002011-03-29T10:28:53.234-07:00Kebahagiaan Yang HakikiDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br />Kebahagiaan Yang Hakiki<br /><br />Perhatikan bagaimana <span style="font-weight:bold;">al Quran membimbing kita melihat masalah,</span> seperti yang disebutkan dalam <span style="font-weight:bold;">surat al Baqarah ayat 216, 'Boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi engkau menyenangi sesuatu padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui (Q/2:216).</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Renungkan </span>pula bagaimana <span style="font-weight:bold;">proses</span> yang<span style="font-weight:bold;"> mengantar kita pada kebahagiaan</span>, ternyata di sana ada pengorbanan. Contoh:<span style="font-weight:bold;">Pesta perkawinan yang sangat membahagiakan ternyata harus didukung oleh pengorbanan banyak hewan yang harus disembelih. Kemerdekaan suatu bangsa juga harus didukung oleh pengorbanan sebagian dari warganya, yakni dengan gugurnya para pahlawan di medan perang. Disadari atau tidak, sebenarnya setiap pribadi harus bersedia berkorban demi kebahagiaan bersama.</span><br /><br />Pengorbanan, sifat mengalah harus selalu ada pada diri kita demi mewujudnya kebahagiaan yang hakiki. Suatu bahaya yang mencekam ternyata melahirkan kebahagiaan berupa munculnya orang-orang pemberani yang berhasil mengusir bahaya itu. Pengalaman menderita sakit parah ternyata bisa mendatangkan rasa kebahagiaan, yakni ketika merasakan betapa nikmatnya kesehatan. Jika penderitaan itu terjadi karena kesalahan maka itu adalah tanggungjawab kita sebagai pilihan hidup kita tetapi bila tidak bersalah itulah yang disebut dengan pengorbanan, maka <span style="font-weight:bold;">pengorbanan kita akan dibalas oleh Allah dengan ketinggian derajat di akhirat (Q/2:155-157) </span>.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Menurut al Quran, Allah memberikan potensi kepada kita untuk mampu memikul kesedihan dan melupakannya. Dalam surat at Taghabun disebutkan 'Tidak satupun petaka yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia (Allah) akan memberi petunjuk kepada hatinya, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (Q/64:11).</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Allah Maha Sempurna</span>, sementara nalar kita tidak sempurna.<span style="font-weight:bold;"> Adakalanya kehidupan dapat dipahami oleh nalar kita dan seringkali tidak</span>.<span style="font-weight:bold;"> Kita sering mendengarkan lirik lagu yang mengatakan bahwa takdir itu kejam, padahal takdir Allah selalu baik untuk hamba-hambaNya. Persoalan kehidupan memang bukan semata-mata problem nalar, tetapi problem juga rasa, sebagai akibat dari keinginan kita untuk selalu mendapatkan yang terbaik untuk dirinya, keluarga kita atau diri kita saja hingga melupakan yang lain. Jika problemnya demikian maka yang mampu menanggulanginya adalah ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, berperan besar dalam mencapai kebahagiaan yang hakiki, dunia dan akherat.</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS Ath-Thalaq 4).<br /></span>Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-89833713492685630042011-03-26T10:10:00.000-07:002011-03-26T10:17:07.190-07:00Kiat Hati Menjadi TenteramDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br />Kiat Hati Menjadi Tenteram<br /><br />By: agussyafii<br /><br /><span style="font-weight:bold;">"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram". (Ar-Raad 28).</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kiat hati menjadi tenteram adalah dengan berzikir. Dari segi bahasa, zikir mempunyai dua arti menyebut dan mengingat Allah.</span> Hati dengan mengingat Allahlah hati kita menjadi tenteram. Ada orang yang mulutnya menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta'ala tetapi hatinya justeru tidak mengingat Nya, malah mengingat syaitan dan maksiat, sebaliknya ada orang yang selalu ingat Allah meski tak terdengar sebutan nama Allah dari mulutnya.<br /><br />Pada tradisi Islam dikenal ada <span style="font-weight:bold;">zikir jahr dan ada zikir sirr</span>. <span style="font-weight:bold;">Zikir Jahr adalah menyebut nama Allah atau kalimah thayyibah (takbir, tahmid, tasbih dan salawat Nabi) dengan mengeraskan suara. Biasanya zikir jahr dilakukan bersama-sama, di masjid atau di tempat khusus (zawiyah) dipimpin seorang guru.</span> Sekarang acara zikir jahr marak dilakukan oleh masyarakat, dipimpin antara lain oleh Arifin Ilham, Ustad haryono serta <span style="font-weight:bold;">Guru dan Orangtua kita Abah KH Junaedi Al Baghdadi</span> dan lain-lainnya. Ada lagi yang disebut <span style="font-weight:bold;">istighotsah, artinya mohon pertolongan, isinya membaca doa mohon sesuatu secara ramai-ramai (demontrasi doa) di tempat terbuka. <br /></span><br />Jika pada acara tahlilan, zikir lebih merupakan tradisi, pada kelompok pengajian, metode mendekatkan diri kepada Allah. Bagi pengamal tarekat, membaca zikir dalam majlis zikir merupakan hiburan dan kenikmatan spiritual, baik ketika sedang membaca maupun sepulang dari berzikir. <span style="font-weight:bold;">Pembacaan zikir yang dilakukan secara reguler yang disiplin dan tertib (disebut wirid)</span> akan mengembangkan "rasa" tertentu yang dapat disebut sebagai religiusitas. <br /><br />Ekpressi ahli zikir itu pada umumnya tenang dalam menghadapi berbagai persoalan, wajahnya berseri-seri meski kepada musuh sekalipun dan fleksibel dalam mencari problem solving. Zikirnya pada umumnya lebih afektif dibanding kognitif, oleh karena itu mereka pada umumnya enggan menerangkan bagaimana anatomi kenikmatan zikir, bahkan ketika zikir dikatakan sebagai bid`ah atau sesat. Mereka cukup mengatakan cobalah ikut, nanti anda akan dapat merasakan sendiri.<br /><br />Adapun zikir <span style="font-weight:bold;">sirr adalah zikir yang tidak diucapkan dengan mulut tetapi lebih di dalam hati.</span> Bagi yang sudah mencapai tingkat ini, setiap kali melihat fenomena alam yang terbayang adalah Sang Pencipta bukan bendanya, seperti orang yang melihat lukisan indah, ia tidak terpaku pada lukisannya tetapi terkagum-kagum kepada sang pelukis, dan yang dibayangkan adalah jiwa besar kesenimanan sang pelukis. <br /><br />Jika pengamal zikir jahr mudah dikenali orang karena agenda kegiatannya, juga penampilannya. <span style="font-weight:bold;">orang yang sudah mencapai zikir sirr pada umumnya tidak mudah dikenali, karena memang tidak pernah menunjukkan jati dirinya. Secara lahir ia seperti orang biasa lainnya, tetapi dibalik kebiasaan penampilan sesungguhnya ada kekuatan religiusitas yang sangat dalam atau tinggi.</span> <span style="font-weight:bold;">Di tengah keramaian hiruk pikuk manusia, ia selalu berduaan dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, di tengah kesepian alam ia justeru merasa ramai bersama Sang Khaliq,</span> ia selalu tersenyum dalam kesendirian, selalu ramai dalam kesepian.Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-35907141587770369542011-03-26T10:07:00.000-07:002011-03-26T10:09:26.178-07:00Berlarilah Menuju AllahDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Berlarilah Menuju Allah</span><br /><br />By: agussyafii<br /><br />Hidup ini terlalu singkat bila kita berjalan menuju Allah. Kita harus berlari menuju Allah sebelum waktu kita didunia habis dan berakhir. al-Qur'an mengingatkan kita untuk berangkat menuju kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagaimana FirmanNya.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">'Oleh karena itu, bersegeralah berlari kembali menuju Allah (QS. al-Dzuriyar :50).</span><br /><br />Akan berapa lama lagi kita mempunyai waktu dalam hidup ini? sedetik, sehari, sebulan, setahun, kita tidak pernah tahu ada berapa lama waktu kita dalam hidup ini? seringkali kita menunda untuk kembali kepadaNya. Mari kita bergegas berlari menuju kepada Allah untuk menunaikan sholat tahajud karena kita tidak akan pernah tahu berapa lama lagi kita masih bisa hidup. Sebelum terlambat.<br /><br />Yuk, sholat tahajud...!Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-68732119196461543522011-03-26T09:40:00.000-07:002011-03-26T10:06:31.772-07:00Wajib Di Pahami dan MengertiDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br /><span style="font-weight:bold;">'Allahuma robbi nabiyyi muhammadin, ighfirly dzanbii wa azhib ghaizha qolbi wa ajirni min mudhilatil fitnah.'</span> Artinya, 'Ya Allah, Tuhan Nabi Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kemarahan dari hatiku dan selamatkanlah aku dari marabahaya kesesatan segala bentuk fitnah.'<br /><br /><span style="font-weight:bold;">”Seluruh dunia ini adalah perhiasan dan perhiasan terbaik di dunia ini adalah istri yang sholehah.”</span> (HR. an-Nasa’I dan Ahmad).(Hadist Untuk Para Istri yg ingin Masuk Surganya Allah SWT)<br /><br />"Hidup akan terasa indah apabila dihiasi dengan satu senyuman indah dan tegur sapa untuk orang-orang disekeliling kita. Sebagaimana Nabi Muhammad senantiasa mengingatkan kita agar selalu tersenyum kepada saudaranya, "Senyummu dihadapan saudaramu adalah shodaqoh." (HR. Muslim).(Hadis Untuk Ganjaran Pahala Orang yg Murah Senyum)<br /><br />'Hai orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, <span style="font-weight:bold;">Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.</span> <span style="font-weight:bold;">Dan janganlah kamu mengatakan, bahwa orang yang meninggal dijalan Allah itu mati, bahkan sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.'</span> Al Baqarah ayat 153-154).<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS Ath-Thalaq 4).</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">'Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu </span>dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yg benar.'(QS Al-Hujurat:15).Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-52417485347362394932011-03-26T09:30:00.000-07:002011-03-26T09:35:17.263-07:00Terlindungi Karena Rahmat AllahDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Terlindungi Karena Rahmat Allah</span><br /><br />Di dalam salah satu kitab mengisahkan, pada suatu hari Syekh Abdul Qadir Jaelani dan beberapa murid-muridnya sedang dalam <br />perjalanan di padang pasir dengan telanjang kaki. Saat itu bulan Ramadhan dan padang pasirnya panas. <span style="font-weight:bold;">Beliau bertutur "Disaat kami sangat haus dan luar biasa lelahnya. Murid-muridku berjalan di depanku. Tiba-tiba awan muncul di atas kami, seperti sebuah payung yang melindungi kami dari panasnya matahari. Di depankami muncul mata air yang memancar dan sebuah pohon kurma yang sarat dengan buah yang masak. Akhirnya datanglah sinar berbentuk bulat, lebih terang dari matahari dan berdiri berlawanan dengan arah matahari. Dia berkata, 'Wahai para murid Abdul Qadir, aku adalah Allah, Tuhan kalian. Makan dan minumlah karena telah aku halalkan bagi kalian apa yang aku haramkan bagi orang lain!'</span><br /><br />Murid-muridku yang berada didepanku berlari ke arah mata air itu untuk meminumnya, dan kearah pohon kurma untuk dimakannya. Aku berteriak kepada mereka untuk berhenti, dan aku putar kepalaku ke arah suara itu dan berteriak, <br /><br /><span style="font-weight:bold;">'Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithon yang terkutuk!'</span><br /><br />Awan, sinar, mata air dan pohon kurma sarat dengan buah yang masak. Akhirnya hilang. Syaithon berdiri dihadapan kami dalam rupanya yang paling buruk. Syaithon itu bertanya, 'Bagaimana kamu tahu bahwa itu aku?'<br /><br />Syekh Abdul Qadir katakan pada syaitan yang terkutuk yang telah dikeluarkan Allah dari rahmatNya bahwa firman Allah bukan dalam bentuk suara yang dapat didengar oleh telinga ataupun datang dari luar. Lebih lagi beliau tahu bahwa <span style="font-weight:bold;">hukum Allah tetap dan ditujukan kepada semua. Allah tidak akan mengubahnya ataupun membuat yang haram menjadi halal</span> <span style="font-weight:bold;">ataupun sebaliknya </span>bagi siapa yang dikasihiNya.<br /><br />Mendengar ini, syaithon berusaha menggodanya lagi dengan memujinya, 'Wahai Abdul Qadir,' kata syaithon, 'aku telah membodohi tujuh puluh nabi dengan tipuan ini. Pengetahuanmu begitu luar dan kebijakanmu lebih besar daripada nabi-nabi itu!'<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Abdul Qadir mengatakan, 'Aku berlindung darimu kepada Tuhanku yang Maha mendengar dan Maha mengetahui. Karena bukanlah pengetahuanku ataupun kebijakanku yang menyelamatkan aku darimu, tetapi hanya dengan rahmat Allah-lah aku bisa selamat.'</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kisah diatas mengajarkan kita agar senantiasa berlindung kepada Allah dari segala Marabahaya, godaan kehidupan materi & duniawi yang senantiasa menyesatkan hati kita. Hanya dengan rahmat Allahlah diri kita dan keluarga bisa selamat dunia akherat.<br /><br />Ya Tuhan, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka." (QS. Al-Baqarah: 201).</span>Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-6311436280835398652011-03-26T09:26:00.000-07:002011-03-26T09:28:38.547-07:00Pasrah daan IkhlasDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Teman Penggemar Mukjizat Sholat dan Doa</span>,<br /><br />Ditengah kehidupan yang kian sulit, hempasan gelombang berbagai masalah seolah datang bertubi-tubi. Semua solusi sudah dicoba untuk diterapkan namun belum juga nampak hasilnya. Tidak ada salahnya kita berserah diri pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, memohon dengan setulus hati, dengan kerendahan hati, akan menjadi terasa nikmat dan memudahkan kita menjalani kehidupan ini.<br /><br />Mari kita sama-sama berdoa, semoga Allah berkenan mengabulkan doa-doa kita dan memudahkan semua kesulitan hidup yang tengah kita hadapi pada hari ataupun hari esok, yang nampak maupun yang tidak nampak.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">'Ya Allah, janganlah Engkau biarkan di tempat kami ini seorangpun yang sakit kecuali Engkau sembuhkan, yang mengalami kesulitan kecuali Engkau mudahkan kesulitannya, yang berhutang kecuali Engkau bayar hutangnya, yang sendirian kecuali Engkau berikan pasangan, yang belum memiliki momongan kecuali Engkau titipkan bayi mungil untuknya, yang resah kecuali Engkau hilangkan keresahannya. Tidak juga ada dambaan menyangkut dunia & akherat yg Engkau ridhoi & kemaslahatan untuk kami kecuali Engkau memenuhinya & mempermudahkannya. Amin'</span>Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-11144093056128921052010-08-13T03:11:00.000-07:002010-08-13T03:16:14.977-07:00Bro...Lebih Dekat Lagi dengan Allah SWT yukzz....Dzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br />Sesungguhnya tidaklah bisa dipisahkan antara kecintaan (mahabbah) seseorang kepada Allah swt dengan keimanan (percaya) kepada-Nya. Bahkan syarat dari keimanan seseorang kepada-Nya adalah memberikan cintanya kepada-Nya dengan tulus dan sepenuhnya diatas kecintaannya kepada selainnya, sebagaimana disebutkan didalam firman-Nya :<br /><br /><br />Artinya : “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al Baqoroh : 165)<br /><br />Tentang makna وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ (Dan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah), Ibnu Katsir mengatakan bahwa kecintaan mereka (orang-orang beriman) kepada Allah, bentuk kesempurnaan ma’rifat (pengenalan) mereka kepada-Nya, pengesaan mereka kepada-Nya adalah mereka tidak menyekutukan Allah swt dengan sesuatu akan tetapi mereka menyembah-Nya saja, bertawakal kepada-Nya serta mengembalikan segala permasalahan mereka kepada-Nya. (Tafsir al Qur’an al Azhim juz I hal 476)<br /><br />Firman Allah lainnya :<br /><br />Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (QS. Al Maidah : 54)<br /><br />Serta sabda Rasulullah saw,”Tiga perkara jika itu ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman; orang yang mana Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran tersebut sebagaimana ia benci untuk masuk neraka." (HR. Bukhori dan Muslim)<br /><br />Markaz al Fatwa didalam penjelasannya tentang hadits diatas menyebutkan bahwa untuk menyempurnakan kecintaan seseorang kepada Allah dan menjadikannya lebih diutamakan dari kecintaan kepada yang lainnya maka menuntut pula disempurnakannya beberapa perkara berikut :<br /><br />1. Keyakinan seseorang bahwa Allah swt yang mengadakan diri orang itu dari sebelumnya tidak ada, menyempurnakan nikmat-Nya kepada dirinya baik nikmat lahir maupun batin, sebagaimana firman-Nya :<br /><br />Artinya : “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl : 18)<br /><br />2. Memikirkan tentang kerajaan langit dan bumi, kebesaran ciptaan-ciptaan-Nya yang menunjukkan keagungan keagungan Sang Penciptanya dan Yang Mengadakan segala sesuatu didalamnya.<br /><br />3. Mentadabburi (merenungi) nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang menunjukkan kasih sayang dan kebaikan-Nya, ilmu dan kemuliaan-Nya, kelembutan kepada hamba-hamba-Nya. sesungguhnya merenungi sifat-sifat ini mewariskan kecintan dan pengagungan Allah swt didalam hati.<br /><br />4. Mengetahui bahwa segala sesuatu yang dicintai di dunia, seperti : diri sendiri, keluarga atau harta sesungguhnya berasal dari kemuliaan Sang Pemberi Nikmat yang besar, yaitu Allah swt maka mencintai Allah swt lebih utama dan didahulukan daripada mencintai segala yang dicintainya.<br /><br />5. Meyakini dengan sempurna bahwa tidaklah sempurna keimanan seseorang kecuali dengan mengedepankan kecintaannya kepada Allah swt diatas segala kecintaannya terhadap segala sesuatu di dunia.<br /><br />6. Berdoa kepada Allah swt bahwa Dia lah yang memberikan rezeki cinta-Nya kepadamu lalu Dia juga yang menjadikan kecintaanmu kepada-Nya lebih diutamakan diatas segala kecintaan terhadap yang lainnya. Diriwayatkan dari Daud as bahwa dia berdoa dengan doa berikut :<br /><br />اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَالْعَمَلَ الَّذِي يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي وَأَهْلِي وَمِنْ الْمَاءِ الْبَارِدِ<br /><br />Artinya : “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kecintaan-Mu, dan kecintaan orang yang mencintai-Mu, serta amalan yang menyampaikanku kepada kecintaan-Mu. Ya Allah, jadikanlah kecintaanMu lebih aku cintai daripada diriku, keluargaku serta air dingin.”<br /><br />Doa ini meski sanadnya lemah yang diriwayatkan oleh Tirmidzi namun tidak mengapa digunakan untuk berdoa. (Markaz al Fatwa, Fatwa No. 22296)<br /><br />Wallahu A’lamDzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-16110456981761215072010-08-13T03:06:00.001-07:002010-08-13T03:07:13.880-07:00TANGISAN BILAL BIN RABAH -Radhiallaahu ‘Anhu, MUAZIN RASULULLAH (kisah kesetiaan Islam yang mengharukan)Dzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br />Jika nama Abu Bakar disebut, Al-Faruq Umar bin al-Khaththab -Radhiallaahu ‘Anhu berkata, “Abu Bakar adalah tuan kami, dan dia membebaskan tuan kami.” Yakni Bilal. Orang yang disebut Umar sebagai “tuan kami” adalah benar-benar orang yang mulia dan mempunyai kedudukan yang agung.<br /><br />Ia adalah mu’adzin Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam. Ia adalah hamba yang disiksa oleh tuannya dengan batu yang telah dipanaskan un-tuk memurtadkannya dari agamanya, tapi ia berkata, “Ahad, Ahad (Allah Yang Esa).”<br /><br />Ia hidup sebagai hamba sahaya, hari-harinya berlalu tanpa beda dan buruk. Ia tidak punya hak pada hari ini, dan tidak punya harapan pada esok hari. Seringkali ia mendengar tuan-nya, Umayyah, berbicara bersama kawan-kawannya pada suatu waktu dan para anggota kabilah di waktu lain tentang Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, dengan pembicaraan yang meluapkan amarah dan ke-dengkian yang sangat.<br /><br />Pada suatu hari Bilal bin Rabah mengetahui cahaya Allah, lalu ia pergi menemui Rasulullah a dan mengikrarkan keisla-mannya. Setelah itu ia menghadapi berbagai macam penyiksaan, tapi ia tetap tegar bagai gunung. Ia diletakkan dalam keadaan telanjang di atas bara api. Mereka membawanya keluar pada siang hari ke padang pasir, dan mencampakkannya di atas pasir-pasir yang panas dalam keadaan tak berbaju. Kemudian mereka membawa batu yang telah dipanaskan yang diangkut dari tem-patnya oleh sejumlah orang dan meletakkannya di atas tubuh dan dadanya. Siksa demi siksa berulang-ulang setiap hari, tapi ia tetap tegar. Hati sebagian penyiksanya menjadi lunak seraya berkata, “Sebutlah Lata dan Uzza dengan baik.” Mereka me-nyuruhnya supaya memohon kepadanya tapi Bilal menolak untuk mengucapkannya, dan sebagai gantinya ia mengucapkan senandung abadinya, “Ahad, Ahad“.<br /><br />Abu Bakar ash-Shiddiq -Radhiallaahu ‘Anhu datang pada saat mereka menyiksanya, dan meneriaki mereka dengan ucapan, “Apakah kalian membunuh seseorang karena berucap, ‘Rabbku adalah Allah?’.” Abu Bakar meminta kepada mereka untuk menjualnya kepadanya. Umayyah memang berkeinginan untuk menjualnya. Akhirnya Abu Bakar rhu membelinya dengan harga yang berlipat ganda dari Umayyah. Setelah itu dia membebaskannya, dan Bilal mulai menjalani kehidupannya di tengah-tengah orang-orang mer-deka… para sahabat yang taat lagi berbakti. Ketika Abu Bakar memegang tangan Bilal untuk membawanya, maka Umayyah berkata kepadanya, “Ambillah! Demi Lata dan Uzza, seandainya kamu menolak kecuali membelinya dengan satu uqiyah, niscaya aku menjualnya kepadamu dengan harga itu.” Abu Bakar rhu menjawab, “Demi Allah, seandainya kamu menolak kecuali seharga seratus uqiyah, niscaya aku membayarnya.”<br /><br />Setelah Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam hijrah ke Madinah, Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam me-nyariatkan adzan untuk shalat, dan pilihan jatuh pada Bilal sebagai mu’adzin pertama untuk shalat. Ini pilihan Rasulullah saw. Bilal pun melantunkan suaranya yang menyejukkan dan menggembirakan, yang memenuhi hati dengan iman, dan pendengaran dengan keindahan. Ia menyeru, “Allahu Akbar, Allahu Akbar” dan seterusnya. Ketika datang perang Badar, dan Allah menyampaikan urusannya, Umayyah keluar untuk berperang… Dan ia jatuh tersungkur dalam keadaan mati di tangan Bilal -Radhiallaahu ‘Anhu.<br /><br />Pemimpin kekafiran mati tertusuk oleh pedang-pedang Islam sebagai balasan buat Bilal yang berteriak setelah terbunuh-nya, “Ahad, Ahad.” Hari-hari berlalu, Makkah ditaklukkan, dan Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam masuk Makkah dengan ditemani Bilal. Kebenaran telah datang, dan kebatilan telah sirna. Bilal mengikuti semua peperangan bersama Rasul -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam dan mengumandangkan adzan untuk shalat. Ia terus menjaga syiar agama yang agung ini. Sampai-sampai Rasul -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam menyifatinya sebagai “seorang pria ahli surga”. Dan Rasul -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam berpulang ke haribaan Allah dalam keadaan ridha lagi diridhai. Sepeninggal beliau, sahabatnya dan khalifahnya, Abu Bakar ash-Shiddiq -Radhiallaahu ‘Anhu bangkit memimpin urusan kaum muslimin. Bilal pergi menemui ash-Shiddiq seraya berkata kepadanya, “Wahai Khalifah Rasulullah, aku mendengar Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda,<br /><br /><br />‘Amalan mukmin yang paling utama ialah berjihad di jalan Allah’.”*<br /><br />Abu Bakar bertanya kepadanya, “Apakah yang engkau kehendaki, wahai Bilal?” Ia menjawab, “Aku ingin murabathah (siap siaga berperang) di jalan Allah hingga aku mati.” Abu Bakar bertanya, “Lantas siapa yang mengumandangkan adzan untuk kami?!”<br /><br />Bilal berkata, sementara kedua matanya mengalirkan air mata, “Sesungguhnya aku tidak mengumandangkan adzan untuk seorang pun sepeninggal Rasulullah -Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam .” Abu Bakar berkata, “Tetaplah mengumandangkan adzan untuk kami, wahai Bilal.” Bilal berkata, “Jika engkau memerdekakan aku agar aku menjadi milikmu, lakukan apa yang engkau suka. Jika engkau memerdekakan aku karena Allah, biarkanlah aku berikut pembebasan yang kau berikan kepadaku.” Abu Bakar berkata, “Aku memerdekakanmu karena Allah, ya Bilal.”<br /><br />Bilal kemudian melakukan perjalanan ke Syam yang di sana ia terus menjadi mujahid dan selalu siap sedia untuk berjihad. Konon, ia berkali-kali datang ke Madinah dari waktu ke waktu … tapi ia tidak mampu mengumandangkan adzan. Hal itu karena setiap kali hendak mengucapkan, “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah” (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah), kenangan-kenangan masa lalu menahan dirinya, lalu suaranya tersembunyi di kerongkongannya, dan sebagai gantinya air matanyalah yang meneriakkan kata-kata itu.**<br /><br />Akhir adzan yang dikumandangkannya ialah pada saat Khalifah al-Faruq Umar bin al-Khaththab -Radhiallaahu ‘Anhu mengunjungi Syam. Kaum muslimin meminta Khalifah membawa Bilal agar mengumandangkan adzan untuk shalat mereka. Amirul Mu’minin memanggil Bilal, sementara waktu shalat telah tiba. Umar berharap kepadanya agar mengumandangkan adzan untuk shalat. Bilal pun naik dan mengumandangkan adzan… maka menangislah para sahabat yang pernah bersama Rasulullah saw ketika Bilal mengumandangkan adzan untuk beliau. Mereka menangis seakan-akan mereka tidak pernah menangis sebelumnya, selamanya.<br /><br />Bilal meninggal di Syam dalam keadaan bersiap siaga di jalan Allah, sebagaimana yang dikehendakinya. Semoga Allah meridhainya dan menjadikannya ridha kepadaNya.Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-89748125029422128782010-08-13T02:59:00.000-07:002010-08-13T03:04:05.976-07:00Menjalani Takdir Masing-Masing Kaum( Sebuah Pembelajaran)Dzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br />Bangsa Yahudi adalah salah satu bangsa yang menguasai dunia karena kecerdasan dan kelicikannya baik dari segi sains, bisnis, maupun teknologi.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Allah Ta’ala memang telah menganugrahkan kepada bangsa Yahudi suatu kelebihan berupa otak yang cemerlang.</span> Dan sungguh sangat menarik mengetahui kenapa orang Yahudi begitu pintar dan mempunyai kelebihan dibanding bangsa-bangsa lain di atas dunia ini. Tentu saja dalam hal ini hanyalah sebatas kelebihan dalam hal urusan keduniawian…<br /><br />Berikut ini sebuah artikel yang akan memaparkan sedikit sebab dari fenomena kelebihan mereka ini.<br /><br /> Marilah kita simak dengan seksama artikel di bawah ini<br /><br />Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, “Mengapa Yahudi Pintar?”<br /><br />Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?<br />Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Persiapan Melahirkan</span><br /><br />Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.<br />Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.<br />Stephen bertanya, “Apakah ini untuk anak kamu?”<br />Dia menjawab, “Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius.”<br />Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya.<br />Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Cara Makan</span><br /><br />Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan.<br />Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan.<br />Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, “Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),”<br />ungkapnya.<br />Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam.<br />Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk.<br />Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.<br /><br />ROKOK<br /><br />Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka.<br />Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.<br />Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever).<br />Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban.<br />Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar.<br />Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak.<br />Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.<br /><span style="font-weight:bold;"><br />1 – 6 SD</span><br /><br />Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, “Perbandingan dengan anak anak di California, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!! !” katanya.<br />Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari.<br />Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Sekolah Menengah – Perguruan Tinggi</span><br /><br />Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius.<br />Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.<br />Satu lagi yg di beri keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus memperaktekkanya.<br />Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta!<br />Anda terperanjat?<br />Itulah kenyataannya.<br /><br />Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan.. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin?<br /><br />PENDIDIKAN ANAK DI PALESTINA<br /><br />Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza.<br />Seperti yang kita ketahui, setelah lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak.<br />Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran.<br />Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. “Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?” demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.<br />Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur’an. Tak ada main Play Station atau game bagi mereka.<br />Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid.<br />Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia. Bagaimana perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya.<br />Ambil contoh tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana saja, Rokok. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal.<br />Benarkah merokok dapat melahirkan generasi “Goblok!” kata Goblok bukan dari penulis, tapi kata itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini.<br />“Lihat saja Indonesia,” katanya seperti dalam tulisan itu.<br />Jika Anda ke Jakarta, di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke musium, hidung Anda akan segera mencium bau asak rokok! Berapa harga rokok? Cuma US$ .70cts !!!<br />“Hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan orang berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Apakah ini bukan akibat merokok? Anda fikirlah sendiri?”<br /><br />* Jika ada buah, mendahulukan makan buah sebelum makan berat adalah sesuai dengan sunnah/cara makan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam.<br /><br />* Memanah, berkuda, dan berenang adalah olahraga yang paling dianjurkan oleh Rasulullah Sallalahu ‘alaqihi wasallam kepada ummatnya.<br />* Untuk ibu yang sedang mengandung, sangat dianjurkan untuk sering membaca atau mendengarkan Al-Qur’an.<br /><br /><br />Terimakasih<br /><br />Semoga bermanfaat.Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-87147491964498970262010-08-13T02:49:00.000-07:002010-08-13T02:54:06.338-07:00Sudah-kah Kita Bersyukur??Dzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br />Tubuh ini dilengkapi oleh Allah dengan 5 panca indra, dan masing-masing indra mempunyai fungsi yang berbeda, kelima panca indra itu merupakan fasilitas untuk menunjang aktifitas kehidupan. Dari kelima panca indra itu salah satunya adalah mata dan tentu semua dari kita pasti sudah tau fungsi mata, yaitu untuk melihat. Melalui mata, kita bisa dengan mudah melangkah menuntun kaki menapaki jalan, baik dalam keadaan siang maupun malam. Mata juga bisa dikatakan jendela keindahan, pasalnya kita tidak akan bisa mengatakan sesuatu yang nampak indah, bila kita sebelumnya tidak pernah melihatnya dan mata ini lah alat untuk menikmati keindahan itu.<br /><br />Syukur tiada terkira saat ini saya bisa browsing internet, dapat membaca informasi beserta gambarnya dengan nyaman. Itu lantara di bagian depan kepala ini ada 2 buah bola mata yang terpasang sejajar dan rapih, Maha Suci Allah yang telah memberikan mata secara cuma-cuma pada saya, Alhamdulillah. Tentu tidak hanya itu saja nikmat yang saya rasakan melalui mata ini, banyak nikmat-nikmat lainnya. Salah satunya saya bisa pergi ke kantor dengan mengendarai motor, itu lantaran saya dapat melihat. Karena bila mata ini dalam keadaan buta, sangat tidak mungkin saya bisa mengendarai motor, walaupun tangan sudah memegang stang motor dan kaki sudah siap mengatur Gear dan menginjak rem.<br /><br />Beberapa waktu yang lalu, saya melihat seorang wanita muda yang sedang diberi ujian oleh Allah, kedua matanya tidak dapat melihat, sepertinya dia menyandang tuna netra sejak lahir. Kalau mau digolongkan, dia termasuk wanita yang tegar dan gigih. Saya akan menceritakan pada Anda mengenai wanita itu. Kala itu selepas pulang kerja, sudah menjadi biasa sore itu saya melintasi jalan yang sama seperti hari sebelumnya, karena memang jalan itu adalah jalan utama rute perjalanan saya pulang pergi ke kantor. Saat itu dari kejauhan, di sebelah kiri jalan saya melihat ada seorang wanita berjalan dengan langkah yang lamban dan di pundak kanan kirinya tergangtung 2 bungkus plastik besar yang berisi kerupuk dengan jenis yang berbeda, sepertinya dia sedang berjulan.<br /><br />Motor saya pun makin lama makin mendekati wanita itu dan melewatinya. Benar seperti dugaan saya sebelumnya, dia sedang menjajakan kerupuk barang dagangannya. Karena memang saya tidak ada niat membeli kerupuk, jadi saya melewatinya. Tapi tiba-tiba terfikir dibenak ini untuk membeli kerupuknya, membeli dengan niat tidak semata ingin memakan kerupuk, tapi untuk menolong agar dagangannya cepat berkurang. Kemudian saya balikkan arah motor untuk menghampiri wanita tuna netra penjual kerupuk itu, sampailah saya menghampirinya, dari samping kanannya saya panggil dia "mba, beli kerupuknya" lalu dia memberi pilihan "mau yang mana mas, yang ini apa yang ini ?" sambil dia menyebutkan jenis kerupuknya. Lalu saya pilih kerupuk yang tergantung dipundak kirinya (1 plastik berukuran sedang berisi 5 buah kerupuk bundar, seharga 5 ribu rupiah) dan dia mengeluarkan kantong kresek untuk membungkus kerupuk itu, lantas saya memberikan uang padanya, setelah itu saya mengucap terima kasih.<br /><br />Kembali ketujuan semula pulang ke rumah, motor saya gas sedang, kantong kresek berisi kerupuk tergantung di sebelah kiri stang motor. Kira-kira jarak 500 Meter, reflek terfikir di otak ini "kenapa tadi saya tidak memberi uang tip (bersodakoh) pada penjual kerupuk itu...wah ladang amal nih ! segera saya balikan arah motor untuk mencari wanita itu dan ternyata dia sudah tidak ada di sekitar pinggiran jalan tadi, saya bergumam di dalam hati "jangan-jangan dia sudah belok ke gang itu". Ketika saya akan belok, dari sebrang jalan saya lihat wanita itu sedang duduk di pos satpam. Di sebelah kanan gang itu ada pintu gerbang sebuah perusahaan terbuka lebar, waktunya pulang kerja. Dan rupanya dia duduk di dekat pos satpam itu harapannya para karyawan dan karyawati yang pulang kerja, mampir membeli kerupuknya.<br /><br />Saya pun menyebrang jalan dan motor saya parkirkan sebentar di depan pintu gerbang, lalu saya menghampiri wanita tuna netra itu sambil memberinya uang, terlihat satpam dan beberapa karyawan memperhatikan saya, mungkin mereka bertanya-tanya "koq saya memberikan uang padanya tapi tidak mengambil kerupuk ?!" dalam hati saya berbicara "akh biarin aja lah, mereka mau menduga apa....Allah maha tau niat di hati ini". Istri di rumah mendengar cerita tadi, terharu plus salut sekali pada wanita tuna netra penjual kerupuk itu, dalam keadaan buta dia tegar, semangat ikhtiarnya untuk mencari nafkah gigih sekali, SubhanAllah. Kita-kita ini yang diberi penglihatan normal, akan kah terlontar dari mulut ini kata mengeluh...sedangkan seorang yang buta begitu gigih mencari karunia Allah.<br /><br />Terbayangkah oleh Anda, bila mata ini buta ?! yang dulunya kita di siang hari menatap ke depan, menoleh ke kanan/kiri, menenggak ke atas dan berbalik ke belakang...semua serba terang dan jelas memandang, mungkin kita akan merasa menderita bila keadaan berbalik, pandangan menjadi gelap baik siang maupun malam karena mengalami kebutaan. Puji syukur pada Allah, Anda dan saya sekarang ini masih dapat melihat, Dia-lah Allah yang telah memberikan mata ini sebagai salah satu nikmat yang manfaatnya sungguh amat bernilai.<br /><br />Berikut ini penggalan ayat <span style="font-weight:bold;">(QS. Ibrahim:34) "Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya".</span> Bila dalam sebuah kompetisi lomba melukis, lomba cipta lagu dan lomba seni lainnya seorang juri dapat memberi nilai terhadap karya seseorang, lain halnya dengan nikmat Allah, tak satu manusia pun mampu memberi nilai atas nikmat-Nya ! Satu contoh tadi nikmat mata, manfaatnya sungguh luar biasa. Coba kita bayangkan ilustrasi berikut ini : Pasangan suami istri yang sedang menanti kelahiran anak, dalam masa penantian itu penglihatan mereka masih berfungsi dengan normal. Ketika usia kehamilan mendekati 9 bulan, entah karena kecelakaan atau sebab lain, mata mereka menjadi buta. Jadi saatnya sang jabang bayi lahir, mereka tidak dapat melihat wajah anaknya !<br /><br />Berhubung sebelumnya penglihatan mereka normal, bisa kita bayangkan betapa sedih dan tersiksanya mereka ketika sedang menimang-nimang anak tidak dapat membayangkan wajahnya. Lain halnya dengan orang yang buta bawaan semenjak lahir, mereka sedari kecil memang tidak pernah bisa melihat satu benda pun, apalagi untuk membayangkannya...Kembali ke pasangan suami istri tadi, mungkin dalam keadaan buta seperti itu, mereka akan memohon pada Allah untuk menormalkan matanya walau hanya beberapa detik saja agar dapat melihat wajah anaknya, agar mereka bisa membayangkan wajah anaknya. Bila Allah benar mengabulkan permohonannya, sungguh itu detik-detik yang sangat berharga, pasti lah kesempatan itu dimanfaatkan sekali untuk merekam wajah anaknya di dalam ingatannya.<br /><br />Lalu bagaimana dengan beberapa diantara kita yang sudah mempunyai anak, setiap hari dapat memandangi wajahnya dengan leluasa, sungguh itu amat menyenangkan sekali. Bila kita diminta memberi penilaian atas nikmat mata ini, berapa nilai yang akan kita berikan ?! pasti Anda akan tertegun bingung sulit untuk menghinggakannya ! Baru satu nikmat saja, kita sudah tidak mampu menghitung nilainya, bagaimana jika diminta menghitung dan memberi nilai terhadap nikmat-nikmat lainnya, seperti : mulut, di dalam mulut ada lidah sebagai perasa, ada gigi untuk mengunyah dan di dalam perut ada jantung, paru-paru dll. Masih ada lagi anggota tubuh yang lain dan di luar itu masih banyak nikmat yang kita dapat, seperti air, udara, sinar matahari dan selebihnya silahkan Anda teruskan sendiri untuk menyebutkannya satu persatu hingga lelah...<br /><br />Sungguh berlimpah nikmat Allah yang diberikan pada manusia, dari mulai manusia berada di dalam rahim ibu, hingga besar seperti kita sekarang ini. Allah berkata tegas pada <span style="font-weight:bold;">(QS. Al-Rahman:13) "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" Oleh karena itu Allah mengancam manusia yang tidak pandai bersyukur dengan azab yang amat pedih, itu tertulis pada (QS. Ibrahim:7). Dan ternyata pada kenyataannya hanya segelintir saja manusia yang pandai bersyukur, begitu Allah berkata di dalam (QS. Al-A'raf:10) "Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur".</span> Mari intropeksi diri, seberapa seringkah kita bersyukur ?!<br />Wallahu'alam bish showab. Semoga bermanfaat !Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-1000203285091863032010-08-13T02:37:00.000-07:002010-08-13T02:42:09.044-07:00Analogi Penyesalan Dunia AkheratDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><span style="font-weight:bold;"><br />Sebuah Cerita ANALOGI yg Insya ALLAH mudah utk Di cerna</span><br /><br />Dahulu ada sebuah Kerajaan yang sangat aman, rakyatnya makmur dan sentosa. Raja ini selalu memperhatikan dan mementingkan kesejahteraan rakyatnya. Sang Raja selalu berkeliling negeri untuk melihat langsung kondisi rakyatnya.<br /><br />Suatu Sang Raja mendengar rintihan seorang pemuda yang kelaparan. Si Ibu dengan suara lemah mengatakan kepada anaknya bahwa dia sudah tidak memiliki lagi persediaan makanan. Raja terkejutdi negerinya ada rakyatnya yang kelaparan.<br /><br />Sang Raja berfikir sebentar. Kemudian dia membuat sebuah kesempatan untuk Sang pemuda. Dia memerintahkan prajuritnya. untuk secara diam-diam membawa sang anak ke istana ketika dia tidur, malam itu juga.<br /><br />Ketika Pemuda itu tidur, secara diam-diam beberapa Prajurit membawa pemuda tanpa sepengatahuan siapapun termasuk pemuda itu sendiri.<br /><br />Raja ingin memberikan jabatannya sebagai Raja selama sehari untuk si pemuda tersebut.Diaingin tahu apa yang akan dilakuakn si Pemuda.<br /><br />Pagi harinya ketika terbangun dari tidurnya si anak heran, dimanakah dia berada? Segera beberapa pembantu istana menjelaskan bahwa dia saat ini di istana kerajaan dan diangkat menjadi Raja.<br />Para Pembantu istana sibuk melayaninya.Sementara itu di tempat terpisah si ibu kebingungan dan cemas karena dia mendapati anaknya hilang dari rumahnya. Di carinya kemana-mana tapi sang anak pujaan hati tetap tak ditemukannya. Siang harinya sambil menangis dan bercucuran air mata si ibu pergi ke istana Raja untuk meminta bantuan mencari anaknya ke pelosok negeri. Di gerbang istana si ibu tertahan oleh Para Penjaga istana dan tidak diijinkan untuk bertemu dengan Raja.<br /><br />Namun demikian, seorang Penjaga itu masuk ke dalam dan memberi tahu kepada Sang Raja baru (Pemuda) bahwa di luar istana ada seorang ibu tua lusuh dan kelaparan yang sedang mencari anaknya yang hilang. Sang Raja kemudian memerintahkan untuk mensedekahkan satu karung beras kepada ibu tua miskin tersebut.<br /><br />Malam harinya Sang Raja baru itu tidur kembali di kamarnya yang megah dan mewah.Tengah malam, Sang Raja yang asli dengan Para Pembantunya secara diam-diam kembali memindahkan pemuda yang sedang tidur lelap itu kembali ke rumah ibunya.<br /><br />Esok pagi si ibu sangat gembira karena telah menemukan kembali anaknya yang hilang kemarin. Sebaliknya si Pemuda heran kenapa dia ada disini kembali. Si ibu bercerita bahwa kemarin dia mencarinya kesana-kemari hingga pergi ke istana untuk minta bantuan, dan pulangnya dia diberi oleh Raja sekarung beras. Si Anak segera menyadari bahwa dialah kemarin yang memberi sekarung beras itu.<br /><br />Kemudian bergegas dia pergi ke istana dan menghadap Raja, dengan lugu dia minta diangkat kembali menjadi raja. Walau cuma sehari .Sang Raja segera menolak dengan mengatakan bahwa waktu/kesempatannya menjadi raja sudah habis.<br /><br />Si Pemuda tetap memohon,sambil menghiba-hiba Pemuda itu minta hanya sejam saja bahkan beberapa menit saja, tetapi Sang Raja tetap menolak<br /><br />Sang Pemuda pulang dengan hati penuh penyesalan.Kenapa dia sangat kikir dulu, seandainya dia dermawan maka tidak hanya sekarung beras yang dia kirim tetapi mungkin berton-ton beras yang dia kirim.<br /><br />~~~<br /><br />Tahukah Teman Seperjuangan ?..<br /><br />Itulah analogi kehidupan kita sekarang. Kelak di akhirat ada orang-orang menyesal. Mereka tidak pernah beramal untuk akhirat. Mereka tidak pernah mengirim beras ( pahala ) yang banyak untuk kampung akhirat mereka.<br /><br />Mereka meminta kesempatan untuk kembali ke dunia, agar bisa beramal sebaik mungkin... tapi, itu tidak mungkin... karna hidup hanya sekali.<br /><br />Maka, mari kita optimalkan kehidupan didunia ini yang hanya sekali, untuk ibadah dan kebaikan. Karena kita tidak tau kapan ajal menjemput kita. Bisa saja, hari ini adalah hari terakhir kita... maka, kenapa kita masih saja berbuat dosa, dan masih ragu dan malas tuk beribadah kepada-Nya?<br /><br />Begitu banyak kasih sayang Allah Tuhan kita, dengan kasih sayang yang berbentuk berbagai peringatan-peringatan yang datang kepada kita.<br /><br />Ya, Mungkin tulisan ini adalah yang kesekian ribu peringatan kasih sayang-Nya....<br /><br />Tinggal diri kita,... apakah akan kita abaikan peringatan dan kesempatan itu hingga kesempatan itu habis?Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-68907328638379641832010-05-07T09:37:00.000-07:002010-05-07T10:24:40.623-07:00Apa Maunya Gusti AllahDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br />AL-ALIM <br /><br />Ada orang yang memperoleh hal sekali saja dan dikuasai oleh hal dalam waktu yang tertentu saja dan ada juga yang memperolehnya kekal di dalam hal. Hal yang terus menerus atau kekal dinamakan wisal yaitu penyerapan hal secara berterusan, kekal atau baqa. Orang yang mencapai wisal akan terus hidup dengan cara hal yang berkenaan. Hal-hal (ahwal) dan wisal dapat digolongkan menjadi lima jenis:<br /><br />1 : Abid:<br /><br />Abid adalah orang yang dikuasai oleh hal atau zauk yang membuat dia merasakan secara mendalam bahwa dirinya hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki apa-apa dan tidak mempunyai sebarang daya dan upaya untuk melakukan sesuatu. Kekuatan, keupayaan, bakat-bakat dan apa saja yang ada dengannya adalah daya dan upaya pemberia dari Allah s.w.t. Semuanya itu adalah karuniaan-Nya semata-mata. Allah s.w.t sebagai Pemilik yang sebenar-benarnya, apabila Dia memberi, maka Dia berhak mengambil kembali pada masa yang Dia kehendaki. Seorang abid benar-benar bersandar kepada Allah s.w.t sehingga sekiranya dia melepaskan sandaran itu dia akan jatuh, tidak berdaya, tidak dapat bergerak, karena dia benar-benar melihat dirinya kehilangan apa yang datangnya dari Allah s.w.t. Hal atau suasana yang menguasai hati abid itu akan melahirkan amal atau kelakuan sangat kuat beribadat, tidak memperdulikan dunia dan isinya, tidak mengambil bagian dalam urusan orang lain, sangat takut berjauhan dari Allah s.w.t dan suka berdzikir. Dia merasakan apa saja yang selain Allah s.w.t akan menjauhkan dirinya dari Allah s.w.t.<br /><br />2 : Asyikin:<br /><br />Asyikin ialah orang yang mendapat nikmat dengan sifat Keindahan Allah s.w.t. Rupa, bentuk, warna dan ukuran tidak menjadi soal kepadanya karena apa saja yang dilihatnya menjadi cermin dalam dia melihat Keindahan serta Keelokan Allah s.w.t di dalamnya. Amal atau kelakuan asyikin ialah gemar merenung alam maya dan memuji Keindahan Allah s.w.t pada apa yang disaksikannya. Dia dapat duduk menikmati keindahan alam beberapa jam tanpa merasa jemu dan bosan. Kilauan ombak dan titikan hujan memukau pandangan hatinya. Semua yang kelihatan adalah warna Keindahan dan Keelokan Allah s.w.t. Orang yang menjadi asyikin tidak memperdulikan lagi adab dan peraturan masyarakat. Kesadarannya bukan lagi pada alam ini. Dia mempunyai alamnya sendiri yang di dalamnya hanyalah Keindahan Allah s.w.t.<br /><br />3 : Muttakhaliq:<br /><br />Muttakhaliq adalah orang yang mencapai yang Haq dan bertukar sifatnya. Hatinya dikuasai oleh suasana Qurbi Faraidh atau Qurbi Nawafil. Dalam Qurbi Faraidh, muttakhaliq merasakan dirinya adalah alat dan Allah s.w.t menjadi Pengguna alat. Dia melihat perbuatan atau kelakuan dirinya terjadi tanpa dia rancang dan campur tangan, bahkan dia tidak mampu mengubah apa yang mau terjadi pada kelakuan dan perbuatannya. Dia menjadi orang yang berpisah dari dirinya sendiri. Dia melihat dirinya melakukan sesuatu perbuatan seperti dia melihat orang lain yang melakukannya, yang dia tidak berdaya mengikuti atau mempengaruhinya. Hal Qurbi Faraidh adalah dia melihat bahawa Allah s.w.t melakukan apa yang Dia kehendaki. Perbuatan dia sendiri adalah gerakan Allah s.w.t, dan diamnya juga adalah gerakan Allah s.w.t. Orang ini tidak mempunyai kehendak sendiri, tidak ada ikhtiar dan tadbir. Apa yang mengenai dirinya, seperti perkataan dan perbuatan, berlaku secara spontan. Kelakuan atau amal Qurbi Faraidh ialah bercampur-campur di antara logika dengan non logika, mengikuti adat dengan merombak adat, kelakuan alim dengan jahil. Dalam penjelasan yang dapat diberikannya ialah, “Tidak tahu! Allah s.w.t berbuat apa yang Dia kehendaki”.<br /><br />Dalam suasana Qurbi Nawafil, pula muttakhaliq melihat dengan mata hatinya sifat-sifat Allah s.w.t yang menguasai bakat dan keupayaan pada sekalian anggotanya dan dia menjadi pelaku atau pengguna sifat-sifat tersebut, yaitu dia menjadi khalifah dirinya sendiri. Hal Qurbi Nawafil ialah berbuat dengan izin Allah s.w.t kerana Allah s.w.t mengurniakan kepadanya kebolehan untuk berbuat sesuatu. Contoh Qurbi Nawafil adalah kelakuan Nabi Isa a.s yang membentuk rupa burung dari tanah liat lalu menyuruh burung itu terbang dengan izin Allah s.w.t, juga kelakuan Isa a.s menyeru orang mati supaya bangkit dari kuburnya. Nabi Isa a.s melihat sifat-sifat Allah s.w.t yang diizinkan menjadi bakat dan kemampuan beliau a.s, sebab itu beliau tidak ragu-ragu untuk menggunakan bakat tersebut menjadikan burung dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah s.w.t.<br /><br />4 : Muwahhid:<br /><br />Muwahhid fana dalam zat, zatnya lenyap dan Zat Mutlak yang menguasainya. Hal bagi muwahhid ialah dirinya tidak ada, yang ada hanya Allah s.w.t. Orang ini telah putus hubungannya dengan kesadaran basyariah dan sekalian wujud. Kelakuan atau amalnya tidak lagi seperti manusia biasa karena dia telah terlepas dari sifat-sifat kemanusiaan dan kemakhlukan. Misalkan dia bernama Ahmad, dan jika ditanya kepadanya di manakah Ahmad, maka dia akan menjawab Ahmad tidak ada, yang ada hanyalah Allah! Dia benar-benar telah lenyap dari ke‘Ahmad-an’ dan benar-benar dikuasai oleh ke‘Allah-an’. Ketika dia dikuasai oleh hal dia terlepas daripada beban hukum syarak. Dia mungkin menyatakan, “Akulah Allah! Maha Suci Aku! Sembahlah Aku!” Dia telah fana dari ‘aku’ dirinya dan dikuasai oleh kewujudan ‘Aku Hakiki’. Walau bagaimana pun sikap dan kelakuannya dia tetap dalam keridhoan Allah s.w.t. Apabila dia tidak dikuasai oleh hal, kesadarannya kembali dan dia menjadi ahli syariat yang taat. Perlu diketahui bahwa hal tersebut tidak boleh dibuat-buat dan orang yang dikuasai oleh hal tersebut tidak berupaya menahannya. Ahli hal tersebut karam dalam lautan Allah s.w.t. Bila dia menyatakan , “Akulah Allah!” bukan berarti dia mengaku telah menjadi Tuhan, tetapi dirinya telah fana, apa yang terucap melalui lidahnya sebenarnya adalah dari Allah s.w.t. Allah s.w.t yang mengatakan Dia adalah Tuhan dengan menggunakan lidah muwahhid yang sedang fana itu.<br /><br />Berbeda pula dengan golongan mulhid. Si mulhid tidak dikuasai oleh hal tersebut, tidak ada zauk, tetapi berkelakuan dan bercakap seperti orang yang di dalam zauk. Orang ini dikuasai oleh ilmu tentang hakikat bukan mengalami hakikat secara zauk. Si mulhid membuang syariat serta beriman berdasarkan ilmu semata-mata. Dia berpuas hati berbicara tentang iman dan tauhid tanpa beramal menurut tuntutan syariat. Orang ini berbicara sebagai Tuhan sedangkan dia di dalam kesadaran kemanusiaan, masih terbawa dengan keinginan hawa nafsu. Orang-orang sufi sepakat mengatakan bahwa siapapun yang mengatakan, “Ana al-Haq!” sedangkan dia masih sadar tentang dirinya maka orang tersebut adalah sesat dan kufur!<br /><br />5 : Mutahaqqiq:<br /><br />Mutahaqqiq ialah orang yang setelah fana dalam zat turun kembali kepada kesadaran sifat, seperti yang terjadi kepada nabi-nabi dan wali-wali demi melaksanakan amanat sebagai khalifah Allah di atas muka bumi dan kehidupan dunia yang wajib diurusnya. Dalam kesadaran zat seseorang tidak keluar dari khalwatnya dengan Allah s.w.t dan tidak peduli tentang keruntuhan rumah tangga dan kehancuran dunia seluruhnya. Sebab itu orang yang demikian itu tidak boleh dijadikan pemimpin. Dia mesti turun kepada kesadaran sifat barulah dia boleh memimpin orang lain. Orang yang telah mengalami kefanaan dalam zat kemudian disadarkan dalam sifat adalah benar-benar pemimpin yang dilantik oleh Allah s.w.t menjadi Khalifah-Nya untuk memakmurkan makhluk Allah s.w.t dan memimpin umat manusia menuju jalan yang diridhai Allah s.w.t. Orang inilah yang menjadi ahli makrifat yang sejati, ahli hakikat yang sejati, ahli tarekat yang sejati dan ahli syariat yang sejati, berkumpul padanya dalam satu kesatuan yang menjadikannya Insan Rabbani. Insan Rabbani peringkat tertinggi ialah para nabi-nabi dan Allah s.w.t kurniakan kepada mereka maksum, sementara yang tidak menjadi nabi dilantik sebagai wali-Nya yang diberi perlindungan dan pemeliharaan.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">BERTAUBAT NASHUHA</span><br /><br />Maksud taubat ialah kembali, iaitu kembali kepada Allah s.w.t. Orang yang melakukan dosa tercampak jauh daripada Allah s.w.t. Walaupun orang ini sudah berhenti melakukan dosa malah dia sudah melakukan amal ibadat dengan banyaknya namun, tanpa taubat dia tetap tinggal berjauhan dari Allah s.w.t. Dia telah masuk ke dalam golongan hamba yang melakukan amal salih tetapi yang berjauhan bukan berdekatan dengan Allah s.w.t. Taubat yang lebih halus ialah pengayatan kalimat:<br /><br />“Laa Hau la wala quwata illa billah.”<br />Tiada daya dan upaya melainkan anugerah Allah s.w.t.<br /><br />“Inna Lillillahi wa-inna ilai-irajiun”<br />Kami datang dari Allah s.w.t dan kepada Allah s.w.t kami kembali.<br /><br />Segala sesuatu datangnya dari Allah s.w.t, baik kehendak maupun perbuatan kita. Sumber yang mendatangkan segala sesuatu adalah <span style="font-weight:bold;">Uluhiyah (Tuhan)</span> dan yang menerimanya adalah <span style="font-weight:bold;">ubudiyah (hamba).</span> Apa sahaja yang dari <span style="font-weight:bold;">Uluhiyah adalah sempurna</span> dan apa sahaja yang terbit dari <span style="font-weight:bold;">ubudiyah adalah tidak sempurna.</span> Uluhiyah membekalkan kesempurnaan tetapi ubudiyah tidak dapat melaksanakan kesempurnaan itu. Jadi, ubudiyah berkewajipan mengembalikan kesempurnaan itu kepada Uluhiyah dengan memohon ampunan dan bertaubat sebagai penebus semua kesalahan dan dosa. Segala urusan dikembalikan kepada Allah s.w.t. Semakin tinggi makrifat seseorang hamba semakin kuat ubudiyahnya dan semakin kerap dia memohon ampunan dari Allah s.w.t, mengembalikan setiap urusan kepada Allah s.w.t, sumber datangnya segala urusan.<br /><br />Apabila hamba mengembalikan urusannya kepada Allah s.w.t maka Allah s.w.t sendiri yang akan mengajarkan Ilmu-Nya yang halus-halus agar kehendak hamba itu sesuai dengan Iradat Allah s.w.t, kuasa hamba sesuai dengan Kudrat Allah s.w.t, hidup hamba sesuai dengan Hayat Allah s.w.t dan pengetahuan hamba sesuai dengan Ilmu Allah s.w.t, dengan itu jadilah hamba mendengar karena Sama’ Allah s.w.t, melihat karena Basar Allah s.w.t dan berkata-kata karena Kalam Allah s.w.t. Apabila semuanya berkumpul pada seorang hamba maka jadilah hamba itu Insan Sirullah (Rahasia Allah s.w.t).<br /><br />MAHA SUCI ALLAH YANG MENUTUPI RAHASIA KEISTIMEWAAN (PARA WALI) DENGAN DIPERLIHATKAN SIFAT KEMANUSIAAN BIASA KEPADA ORANG BANYAK DAN TERNYATA ITULAH KEBESARAN KETUHANAN ALLAH S.W.T DALAM MEMPERLIHATKAN SIFAT KEHAMBAAN (PADA PARA WALI-NYA).Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-16409028758468989512010-05-07T08:57:00.000-07:002010-05-07T09:13:57.385-07:00Ilmu Tauhid ( Ke-Tuhanan )Dzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br /><span style="font-weight:bold;">PEMBUKAAN </span><br /><br />Ilmu tauhid adalah ilmu yang penting… sangat penting… malah yang terpenting! Gagal ilmu tauhid berarti gagallah yang lain-lain. Tapi dalam masa sekarang ini, pelajaran ilmu tauhid semakin terpinggir. Sebagian besar para pendakwah sendiri mengabaikan ilmu ini dengan hanya mengambil yang asas saja. Mereka rasakan ‘yang asas’ itu sudah mencukupi lalu mereka memulai usaha mereka untuk berdakwah. Apabila kita mendengar percakapan mereka ataupun kita membaca tulisan-tulisan mereka, barulah kita sadar mereka bermasalah dalam tauhid. Malangnya…. mereka sendiri tidak sadar bahwa tauhid mereka bermasalah. Kalau tauhid para pendakwah sendiri banyak yang bermasalah, kita yang orang awam ini bagaimana?<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Tentulah lebih banyak masalahnya!</span><br /><br />Sebab itulah para ulama terdahulu sangat menekankan ilmu tauhid. Kata mereka, <span style="font-weight:bold;">“Awaluddin maghrifatullah”- Awal agama ialah mengenal Allah. Permulaan agama ialah dengan mengenal Allah.</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">MAKSUD ILMU TAUHID</span><br /><br />Apakah ilmu tauhid? Baaanyak takrif yang dibuat oleh para ulama. Ada yang sebut Ilmu Kalam, ada yang sebut Ilmu Usuluddin, ada yang sebut Ilmu Aqa’idul Iman dan sebagainya. Masalahnya… yang mana yang lebih mudah untuk dipahami oleh orang awam seperti kita. Jadi saya merumuskan satu takrif yang saya rasa paling mudah dipahami oleh kita yaitu… ilmu tauhid ialah ilmu untuk tahu, ilmu untuk kenal dan ilmu untuk faham Tuhan.<br /><br />“Permudahlah,jangan menyulitkan.”<br /><br />Apakah ilmu tauhid?<br /><br />Ilmu untuk tahu, kenal dan faham Tuhan. Itulah ilmu tauhid.<br /><br />Mengapa kita mesti belajar ilmu tauhid?<br /><br />Supaya kita dapat tahu, faham dan kenal Tuhan.<br /><br />Apa tujuan belajar ilmu tauhid?<br /><br />Tujuannya untuk kita tahu Tuhan, kenal Tuhan, faham Tuhan.<br /><br />Apa jadinya kalau kita tidak belajar ilmu tauhid?<br /><br />Kemungkinan besar kita tidak tahu Tuhan, tidak kenal Tuhan dan tidak faham Tuhan.<br /><br />Apa risikonya jika kita tidak tahu, tidak kenal dan tidak faham Tuhan?<br /><br />Risikonya- kemungkinan besar segala amal ibadah kita tidak diterima oleh Tuhan. Hal ini terjadi karena kita salah sembah!...Salah sembah, sia-sialah amal ibadah kita.<br /><br />“Berapa banyak orang yang berdiri (mengerjakan sholat)sedangkan dari sholat itu (mereka mendapat) hanya penat dan lelah.”<br />(An-Nasa’i & Ahmad)<br /><br />“Berapa banyak orang yang berpuasa (sedangkan)puasanya itu (mereka mendapat) hanya lapar dan dahaga.”<br />(An-Nasa’i & Ibnu Majah)<br /><br />Untuk itu wahai para pencinta...jalan kita sudah benar..jangan ragu lagi atas apa yang telah di ajarkan oleh orang tua dan guru kita Yaitu Abah KH Junaedi Al Baghdadi.Maju dan tingkatkan terus keyakinan kita ...jangan pernah Ragu atas pengajaran beliau selama ini...Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-63919292533316324122010-05-06T08:21:00.000-07:002010-05-06T08:30:55.417-07:00Penghalang Yang Menghalangi MakrifatullahDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ada beberapa perkara yang menghalangi seseorang mengenal Allah, diantaranya :<br /></span><br /><span style="font-weight:bold;">1. Bersandar kepada panca Indra (2:55, 4:153).<br /></span><br />(2:55) Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang <span style="font-weight:bold;">[50]</span>, kerana itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya <span style="font-weight:bold;">[51]"</span>.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">[50]</span> Maksudnya: melihat Allah dengan mata kepala.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">[51]</span> Karena permintaan yang semacam ini menunjukkan keingkaran dan ketakaburan mereka, sebab itu mereka disambar halilintar sebagai azab dari Tuhan.<br /><br />(4:153) Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata : "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata". Maka mereka disambar petir karena kezalimannya, dan mereka menyembah anak sapi <span style="font-weight:bold;">[374]</span>, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami maafkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">[374]</span> Anak sapi itu dibuat mereka dari emas untuk disembah.<br />Mereka tidak beriman kepada Allah dengan dalil tidak melihat Allah, padahal banyak hal yang tidak boleh mereka lihat tetapi mereka meyakini akan keberadaannya seperti; gaya gravitasi bumi, arus listrik, akal pikiran, dan sebagainya.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">2. Kesombongan (7:146).</span><br /><br />(7:146) Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku) <span style="font-weight:bold;">[569]</span>, mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah kerana mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.<br /><span style="font-weight:bold;">[569]</span> Yang dimaksud dengan ayat-ayat di sini ialah: ayat-ayat Taurat, tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah.<br /><br />Kesombongan menghalangi mereka untuk mengenal Allah, walaupun telah diperlihatkan kepada mereka ayat-ayat Allah tetapi mereka tetap mengingkari sehingga datang azab Allah.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">3. Lengah (21:1-3).</span><br /><br />(21:1) Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).<br /><br />(21:2) Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Qur'an pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main,<br /><br />(21:3) (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, maka apakah kamu menerima sihir itu <span style="font-weight:bold;">[952]</span>, padahal kamu menyaksikannya?"<br /><br /><span style="font-weight:bold;">[952]</span> Yang mereka maksud dengan sihir di sini ialah ayat-ayat Al Qur'an.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">4. Bodoh (2:118).</span><br /><br />(2:118) Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">5. Ragu-ragu (6:109 - 110).</span><br /><br />(6:109) Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mu'jizat, pastilah mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah: "Sesungguhnya mu'jizat-mu'jizat itu hanya berada di sisi Allah". Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mu'jizat datang mereka tidak akan beriman <span style="font-weight:bold;">[497]</span>.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">[497]</span> Maksudnya: orang-orang musyrikin bersumpah bahwa kalau datang mu'jizat, mereka akan beriman, karena itu orang-orang muslimin berharap kepada Nabi agar Allah menurunkan mu'jizat yang dimaksud. Allah menolak pengharapan kaum mu'minin dengan ayat ini.<br /><br />(6:110) Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Qur'an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">6. Taqlid (5:104, 43:23).</span><br /><br />(5:104) Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ?.<br /><br />(43:23) Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka".<br /><br />Mudah-mudahan kita semua menyadari dan terhindar dari sifat-sifat yang dapat menghalangi kita dalam mengenal Allah, amiin.Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-75055083268968850372010-05-06T07:52:00.000-07:002010-05-06T08:08:33.402-07:00Perjalanan Mencari Allah SWTDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br />Ada dua jalan yang ditempuh orang dalam mencari yang haq dengan masing-masing dalilnya :<br /><br /> 1. <span style="font-weight:bold;">Man `arafa nafsahu faqad `arafa rabbahu</span><br /> Barang siapa mengenal dirinya maka pasti dia akan kenal Tuhannya. (Dalil ini yang sangat popular dikalangan sufi, meditator , filosofi, teolog)<br /><br /> 2. <span style="font-weight:bold;"> Man `arafa rabbahu faqad `arafa nafsahu</span><br /> Barang siapa yang kenal Tuhannya pasti dia akan kenal dirinya.<br /><br />Pada jalan pertama, biasanya dilakukan oleh para pencari murni, mereka belum memiliki panduan tentang Tuhan dengan jelas. Dia hanya berfikir dari yang sangat sederhana …yaitu ketika ia melihat sebuah alam tergelar, muncul pemikiran pasti ada yang membuatnya atau ada yang berkuasa dibalik alam ini, ... mustahil alam ini ada begitu saja … dan alam merupakan jejak-jejak penciptanya … Dengan falsafah inilah orang akhirnya menemukan kesimpulan bahawa Tuhan itu ada.<br /><br />Sebagian meditator atau ahli sufi menggunakan pendekatan falsafah ini dalam mencari Tuhan, yaitu tahap mengenal diri dari segi wilayah-wilayah alam pada dirinya, misalnya mengenali hatinya dan suasananya, fikiran, perasaannya, dan lain-lain sehingga dia boleh membedakan dari mana ilham itu muncul, ... apakah dari fikirannya, dari perasaannya, atau dari luar dirinya…<br /><br />Akan tetapi penggunaan jalur seperti ini sering kali membuat orang mudah tersesat, kerana pada tahap-tahap wilayah ini manusia sering terjebak pada 'keghaiban' yang dia lihat dalam perjalanannya, ... yang kadang-kadang membuat hatinya tertarik dan berhenti sampai disini, karena kalau tidak mempunyai tujuan yang kuat kepada Allah pastilah orang itu menghentikan perjalanannya …. Karena disana dia boleh melihat fenomena / keajaiban alam-alam dan mampu melihat dengan kasyaf apa yang tersembunyi pada alam ini … akhirnya mudah muncul 'keakuannya' bahawa dirinyalah yang paling hebat …akan tetapi jika dia kuat terhadap Tuhan adalah tujuannya, pastilah dia selamat sampai tujuannya…..<br /><br />Teori yang dilakukan tersebut adalah jalan terbalik, kerana dalam pencariannya ia telusuri jejak atau tanda-tanda yang ditinggalkannya (melalui ciptaan / alam), ... ibarat seseorang mencari kuda yang hilang, yang pertama di telusuri adalah jejak tanda kaki kuda, kemudian memperhatikan suara ringkik kuda dan akhirnya di temukan kandang kuda dan yang terakhir dia menemukan wujud kuda yang sebenarnya ….Hal ini sebenarnya sangat menyulitkan para pelaku pencari Tuhan, ... kerana terlalu lama di dalam mengidentifikasi alam-alam yang akan di laluinya ….<br /><br />Dalil yang ke dua : adalah melangkah kepada yang paling dekat dari dirinya …yaitu Yang Maha Dekat, ... langkah ini yang paling cepat di tempuh dibanding dalil pertama… Karena dalil pertama banyak dipengaruhi oleh para filosofi pada zaman pertengahan dalam hal ini falsafah Yunani. Teologi Kristian dan Hindu telah banyak mempengaruhi falsafah ini. sehingga Al Ghazali pantas mengkritik kaum filosofi dengan menulis kitab tentang tidak setujunya dengan ide falsafah masa itu yaitu Tahafut Al Falasifah / kerancuan falsafah ….<br /><br />Alghazali membantah pemikiran yang dimulai dengan rangkaian berfikir terbalik, ... beliau mengajukan gagasan bahawa umat Islam harus memulakan pemikirannya dari sumber pangkal ilmu pengetahuan yaitu Tuhan, bukan dimulai dari luar yang tidak boleh dipertanggung jawabkan kebenarannya, artinya sangat berbahaya karena di dalam falsafah memulai berfikirnya dari tahap yang benar menuju zat dibalik semuanya berasal. Sedangkan di dalam Islam menunjukkan keadaan Tuhan serta jalan yang akan di tempuh sudah di tulis dalam Alqur'an agar umat manusia tidak tersesat oleh rekaan-rekaan fikiran yang belum tentu kebenarannya…<br /><br />Pencarian kita telah di tulis dalam Alqur'an dan Allah menunjukkan jalannya dengan sangat sederhana dan mudah …tidak menunjukkan alam-alam yang mengakibatkan menjadi rancu dan bingung … karena alam-alam itu sangat banyak dan kemungkinan menyesatkan kita amat besar…<br /><br />Mari kita perhatikan cara Tuhan menunjukkan para hamba yang mencari Tuhannya .<br /><br /> "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perinta-Ku) dan hendaklah mereka itu beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. Al Baqarah: 186)<br /><br /> "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang di bisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya." (QS. Al Qaaf: 16)<br /><br />Ayat-ayat diatas, mengungkapkan keadaan Allah sebagai wujud yang sangat dekat, dan kita diajak untuk memahami pernyataan tersebut secara sempurna. Alqur'an mengungkapkan jawaban secara dimensi dan dilihat dari perspektif seluruh sisi pandangan manusia sesempurnanya. Saat pertanyaan itu terlontar, dimanakah Allah ? Maka Allah menjawab: Aku ini dekat, kemudian jawaban meningkat sampai kepada, Aku lebih dekat dari urat leher kalian .Atau dimana saja kalian menghadap di situ wujud wajah-Ku…dan Aku ini maha meliputi segala sesuatu ….<br /><br />Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita jika dalam mencari Tuhan melalui tahap terbalik…<br /><br />Pada tahap pertama beliau nampak alam dan segala kejadian adalah satu bersama Allah. Dan pada tahap kedua nampak alam sebagai bayangan Allah; dan pada tahap ke tiga beliau nampak Allah adalah berasingan dari pada segala sesuatu di alam ini. Kalau hal ini hanya sebatas penjelasan terstruktur kepada muridnya, saya anggap hal ini tidak menjadi persoalan, ... akan tetapi jika tahap-tahap ini merupakan metologi dalam mencari Tuhan, ... saya kira ini berbahaya, kerana yang akan berjalan adalah fikirannya atau otaknya, … yang akhirnya timbul khayalan.<br /><br />Di dalam Islam memulai dengan pengenalan kepada Allah terlebih dahulu yaitu dengan zikrullah (mengingat Allah), ... kemudian kita di perintah langsung mendekati-Nya, karena Allah sudah sangat dekat..tidak perlu anda mencari jauh-jauh melalui alam-alam yang amat luas dan membingungkan ..alam itu sangat banyak dan bertingkat-tingkat. Tidak perlu kita memikirkannya…cukupkan jiwa ini mendekat secara langsung kepada Allah … karena orang yang telah berjumpa alam-alam belum tentu ia tunduk kepada Allah, karena alam disana tidak ada bedanya dengan alam di dunia ini kerana semua adalah ciptaan-Nya !!<br /><br />Akan tetapi jika anda memulainya dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, maka secara automatis anda akan diperlihatkan / dipersaksikan kepada kerajaan Tuhan yang amat luas. Maka saya setuju dengan dalil yang kedua, barang siapa kenal Tuhannya maka dia akan kenal dirinya. Sebab kalau kita kenal dengan pencipta-Nya, maka kita akan kenal dengan keadaan diri kita dan alam-alam dibawahnya, kerana semua berada dalam genggaman-Nya…kerana Dia meliputi segala sesuatu …karena Dia ada dimana saja kita ada, ... dan Dia sangat dekat.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kesimpulan :</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Islam mengajarkan didalam mencari Tuhan, telah diberi jalan yang termudah dengan dalil barang siapa kenal Tuhannya maka dia akan kenal dirinya … hal ini telah ditunjukkan oleh Allah bahawa Allah itu sangat dekat, ... atau dengan dalil …barang siapa yang sungguh-sungguh datang kepada Kami, pasti kami akan tunjukkan jalan-jalan Kami... (QS: Al ankabut: 69 )</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">"Wahai orang-orang yang beriman jika kamu bertakwa kepada Allah niscaya dia akan menjadikan bagimu furqan (pembeza)." (QS : Al Anfaal: 29)<br /></span><br />Ayat-ayat ini membuktikan di dalam mendekatkan diri kepada Allah tidak perlu lagi melalui proses pencarian atau menelusuri jalan-jalan yang di temukan oleh kaum falsafah atau ahli spiritual di luar Islam, ... karena mereka di dalam perjalanannya harus melalui tahap-tahap alam-alam … <span style="font-weight:bold;">Islam di dalam menemukan Tuhannya harus mampu memfanakan alam-alam selain Allah dengan konsep laa ilaha illallah … laa syai'un illallah … laa haula wala quwwata illa billah … tidak ada Tuhan kecuali Allah … tidak ada sesuatu (termasuk alam-alam) kecuali Allah, ... tidak ada daya dan upaya kecuali kekuatan Allah semata ….</span>maka berjalanlah atau melangkahlah kepada yang paling dekat dari kita terlebih dahulu bukan melangkah dari yang paling jauh dari diri kita ….<br /><br />Demikian mudah-mudahan Allah membukakan hati kitaDzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-46478716659656949022010-04-13T09:01:00.000-07:002010-04-13T09:05:36.753-07:00Rahasia Rencana Allah Yang Tak TerdugaDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br />Pada zaman dahulu kala, di dalam istana yang sangat mewah, tepatnya di ruang makan para pembesar kerajaan, berkumpullah raja besrta para mentrinya untuk makan siang. Raja yang selalu didampingi oleh penasihatnya itu sedang memotong buah apel yang akan dimakan sebagaimakanan pencuci mulut, tiba-tiba tanpa sengaja jari telunjuk raja terpotong oleh pisau dan jari beliau putus seketika(ekstrim kan?!). melihat kejadian ini para pembesar kerajaan panik, lalu raja bertanya kepada penasehatnya yang konon katanya selalu setia mendampingi raja tersebut.<br /><br />“wahai penasehatku! Apa yang harus aku lakukan dengan kejadian ini?” tanya sang raja kepada penasehatnya, dengan santai dan tampak lugu sang penasehat berkata, “kullu maa qoddarohullohu khoir” karena saking emosinya, belum selesai penasihat itu berbicara, sang raja langsung memerintahkan para perajuritnya untuk mengurung sang penasihat di penjara bawah tanah. Sesampainya di penjara bawah tanah, sang penasehat bergumam, “kullu maa qoddarohullohu khoir.”<br /><br />Hari berganti hari, bulan berganti bulan sang raja merasa bosan hidup sendiri tanpa didampingi oleh penasehat yang tidak lain adalah teman sepermainannya sejak kecil, untuk menghilangkan rasa kesepian raja memutuskan untuk berburu kehutan belantara dan dikawal oleh beberapa tentaranya. Sesampainya dihutan, sang raja mencari dan mengejar buruan dengan penuh gairah dan semangat, sampai akhirnya beliau terpisah dengan para perajuritnya. Tanpa disadari sang raja sudah berada di tengah hutan belantara tersebut.<br /><br />Setelah menyadari keadaanya, beliau langsung mencari jalan keluar menuju kerajaannya, berhari-hari sang raja mencari jalan, akhirnya menemukan suatu perkampungan yang masih primitif. Sang raja meminta pertolongan mereka untuk menunjukkan jalan menuju kerajaannya, bukan pertolongan yang beliau dapatkan, malah sang raja dijadikan tumbal oleh suku tersebut untuk merayakan hari raya mereka.<br /><br />Semuanya sudah disiapkan untuk merayakan upacara hari raya, sang rajapun sudah disiapkan untuk dijadikan tumbal, ketika tiba waktunya, sang raja dibawa ke tengah-tengah peserta upacara dan siap di bunuh untuk tumbal mereka, otomatis sang raja berontak ketika dibawa menuju tempat pemotongan, tanpa sengaja salah satu peserta upacara berteriak, “TUNGGUUU!!! Dia orang yang cacat..!!” akhirnya para panitia upacara melakukan pemeriksaan kepada calon tumbal mereka, setelah diperiksa, ternyata benar, salah satu jari telunjuknya putus, dan ini tidak memenuhi syarat sebagai tunggal mereka, dengan berat hati akhirnya sang raja dilepaskan oleh suku tersebut.<br /><br />Pada akhirnya sang raja menemukan kerajaannya yang sangat ia cintai, dan hari-hari berjalan seperti biasa. Pada suatu saat, merenungi kejadian yang telah menimpanya, dan beliau ingat ungkapan sang penasihat, <span style="font-weight:bold;">“kullu maa qoddarohullohu khoir.”</span><br />Dan akhirnya beliau ingat dengan temannya yang beliau kurung dalam penjara.<br />Seketika itu juga beliau panggil perajurit untuk membawa sang penasihat menemuinya.<br /><br />Setelah bertemu, cipika-cipiki sedikit sang raja bercerita tentang apa yang beliau alami, lalu sang penasihat berkata, <span style="font-weight:bold;">“kullu maa qoddarohullohu khoir.</span>”<br /><br />Kawan, dari kisah tersebut ibroh apa yang dapat kita ambil? <span style="font-weight:bold;">Sering kali dalam keseharian kita, kita sering mengalami kejadian yang tidak kita senangi, bahkan kita mengutuk-ngutuk kejadian itu, tapi? Tapi kita tidak tahu apa yang Allah rencanakan dibalik itu semua.</span> Coba kita bayangkan jika tangan sang raja tidak terpotong, mungkin dia sudah mati sebagai tumbal, dan bayangkan lagi bila sang penasehat tidak dipenjara, maka dia pasti akan ikut dalam ekspedisi pemburuan itu, dan karna raja dlm keadaan cacat, mungkin sang penasehat yang akan menjadi tumbal. Tentunya ini adalah kisah fiktif belaka, tapi tak jarang dlm kehidupan kita, kita mengalami kejadian-kejadian seperti kejadian diatas, makanya ada ungkapan, ane gak tau itu hadist apa bukan, <span style="font-weight:bold;">“NAHNU NURIID, WALLAHU YURIID, WALLAHU YAF’ALU MAA YURIID”<br />Kita memiliki rencana, Allah juga memiliki rencana, tapi Allah melakukan apa yang ia rencanakan..</span><br /><br />Wallahu a’lam.Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-6457838013183817102010-04-05T07:54:00.000-07:002010-04-05T07:56:44.591-07:00Minta Ampunan Allah SWTDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br />Sobat muda muslim, ampunan Allah jauh lebih besar dari murkaNya. Lagi pula, memohon ampunan Allah (bertobat) sekaligus mencerminkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah. Karena orang yang bertakwa salah satu cirinya adalah segera mohon ampunan kepada Allah jika dia sudah menyadari kesalahannya. Jadi, nggak usah malu untuk bertobat en nggak usah merasa ribet. Jalani aja sambil terus belajar supaya nggak kecebur ke dalam jurang yang sama. Karena dengan belajar kita jadi tahu dan yakin bisa menjalani hidup ini dengan tenang. Cobalah.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Rasulullah saw. memberikan pujian buat kita-kita yang takwa dan taat pada ajaran Islam. Apalagi sebelumnya kita ahli maksiat. Betul nggak? Indah nian ungkapan Rasulullah saw. empat belas abad yang lampau: “…ada kaum yang akan datang sesudah kalian (para sahabat r.a.). Mereka percaya kepada (sekadar) kitab yang dibendel, lalu percaya dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya. Mereka lebih utama daripada kalian. Mereka lebih besar pahalanya daripada kalian.” (HR Ibnu Mardawih yang dikutip dalam penjelasan di Tafsir Ibnu Katsir)</span><br /><br />Bro en Sis, hidup ini penuh dinamika. Penuh warna, penuh liku, penuh lubang dan mendaki (Iwan Fals banget neh!). Kata orang bijak, hidup adalah untuk mati. Bisa dipahami, karena akhir dari kehidupan adalah kematian. Nggak salah-salah amat kok. Tapi, kita juga wajib ngeh, untuk apa kita hidup. Untuk apa kita ada dunia ini. Dan, akan ke mana setelah bersuka-cita, termasuk berduka-derita di dunia ini?<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kehidupan ini pasti akan berakhir. Wak Haji Rhoma Irama juga tereak: “Pesta pasti berakhir” (kalo disebut nama ini, kamu jangan langsung menggoyangkan jempol tangan dan kaki ya, hehehe…). Hidup di dunia ibarat menempuh sebuah perjalanan panjang dan melelahkan. Banyak sekali cerita terukir di sini. Cerita suka, duka, derita, bahagia, sedih, gembira, kecewa, optimisme, putus asa, peduli, kasih-sayang, cinta, dan seabrek pernak-pernik dan kerlap-kerlip kehidupan dunia yang melengkapinya.</span><br /><br />Bro, perjalanan panjang di dunia ini pasti akan berakhir. Ada terminal akhir yang merupakan tempat kita berlabuh. Allah Swt. udah menyediakan dua tempat; surga dan neraka. Surga untuk para pengumpul pahala, sementara neraka adalah kelas ‘eksklusif’ para pendosa.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Nah, mumpung kita masih bisa bernapas, mumpung kita masih bisa tertawa, selagi kita masih punya kesempatan banyak, di saat kita masih muda usia, sebelum air mata penyesalan mengalir deras dari kedua mata kita, ada waktu untuk kita perbaiki diri. Jangan putus asa juga buat para pendosa. Yakinlah, selama hayat masih di kandung badan, kalian punya kesempatan yang sama untuk menuai pahala. Bertobat dari berbuat maksiat, itu keputusan tepat. Setelah itu mari belajar agama. Pahami, cermati, dan amalkan dalam kehidupan.<br /></span><br />Sobat muda muslim, ‘qod qola’ Alvin Toffler, “Perubahan tak sekadar penting untuk kehidupan. Perubahan adalah hidup itu sendiri.” Paling nggak, kita berubah menjadi baik dari buruk adalah sebuah perubahan yang menentukan hidup kita sendiri.<br /><br />Islam juga mengajarkan agar kita senantiasa berbuat baik. Jika kebetulan berbuat maksiat, bertobatlah segera. Diriwayatkan daripada Abu Said al-Khudri ra. katanya: Nabi saw. bersabda: “Seorang lelaki dari kalangan umat sebelum kamu telah membunuh sebanyak sembilan puluh sembilan orang manusia, lalu dia mencari seseorang yang paling alim. Setelah ditunjukkan kepadanya seorang pendeta, dia terus berjumpa pendeta tersebut kemudian berkata: Aku telah membunuh sebanyak sembilan puluh sembilan orang manusia, adakah taubatku masih diterima? Pendeta tersebut menjawab: Tidak. Mendengar jawaban itu, dia lalu membunuh pendeta tersebut dan genaplah seratus orang manusia yang telah dibunuhnya. Tanpa putus asa dia mencari lagi seseorang yang paling alim. Setelah ditunjukkan kepadanya seorang ulama, dia terus berjumpa ulama tersebut dan berkata: Aku telah membunuh seratus orang manusia. Adakah taubatku masih diterima? Ulama tersebut menjawab: Ya! Siapakah yang bisa menghalangi kamu dari bertaubat? Pergilah ke negeri si fulan, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah. Kamu beribadahlah kepada Allah Swt. bersama mereka dan jangan pulang ke negerimu karena negerimu adalah negeri yang sangat hina. Lelaki tersebut berjalan menuju ke tempat yang dimaksud. Ketika berada di pertengahan jalan tiba-tiba dia mati, menyebabkan Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab berselish pendapat mengenai orang tersebut. Malaikat Rahmat berkata: Dia datang dalam keadaan bertaubat dan menghadapkan hatinya kepada Allah Swt. Namun Malaikat Azab juga berkata: Dia tidak pernah melakukan kebaikan. Lalu Malaikat yang lain datang dalam keadaan menyerupai manusia dan mencoba menengahi mereka sambil berkata: Ukurlah jarak di antara dua tempat. Mana yang lebih (jaraknya menuju negeri yang dituju), itulah tempatnya. Lantas mereka mengukurnya. Ternyata mereka dapati lelaki tersebut tempat meninggalnya lebih dekat kepada negeri yang ditujunya. Akhirnya dia diambil oleh Malaikat Rahmat” (HR Bukhari dalam Kitab Kisah Para Nabi, hadis no. 3211)<br /><br />Oke deh, bertobat lebih hebat ketimbang tetap berbuat maksiat. Kamu bisa kok. Yakin deh.<br /><br /><br />Apa yang harus kita lakukan?<br /><br />Pertama, menyesal. Tanpa penyesalan, rasanya sulit untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat. Penyelasan ini kudu benar-benar tumbuh dalam diri kamu. Minta maaf pula kepada orang yang kamu “kerjain”. Janji nggak bakal ngulangi lagi. Kedua, niat sungguh-sungguh. Kuatkan tekad kita untuk menghentikan kebiasaan maksiat. Ada pahala pula di balik niat yang sungguh-sungguh itu. Ketiga, cari lingkungan yang mendukung. Ini penting banget sobat. Sebab, kalo kamu belum bisa mengubah lingkungan, jangan-jangan kamu yang terwarnai. Kalo lingkungannya baik sih oke aja. Tapi kalo rusak? Bisa gawat kan? Jadi, gaul deh ama teman-teman yang udah baik-baik untuk membiasakan kehidupan kamu yang baru.<br /><br />Keempat, tumbuhkan semangat untuk mengkaji Islam. Sobat, dengan mengkaji Islam, selain menambah wawasan, juga akan membuat kita tetap stabil dengan “kehidupan baru” kita. Maksiat? Sudah lupa tuh! Kelima, senantiasa berdoa. Jangan lupa berdoa kepada Allah, mohon dibimbing dan diarahkan, serta dikuatkan tekad kita untuk meninggalkan maksiat. “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan permohonanmu itu.” (QS al-Mukmin [40]: 60)<br /><br />Yuk, mumpung masih ada waktu, kita mohon ampunan kepada Allah Swt. Bertobat dengan sebenar-benarnya bertobat. Tak mengulangi kemaksiatan yang telah dilakukan dan sebaliknya kita berlomba memperbanyak amal shalih. Semangat! <br /><br />Minta ampunan Allah Swt. yuk!Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-14981006465729041382010-03-31T09:00:00.000-07:002010-03-31T09:04:16.694-07:005 Jalan Kesuksesan Dunia AkhiratDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br />Cara Mudah mendapatkan 5 hal melalui 5 hal..<br /><br /><span style="font-weight:bold;">1.berkah razeki akan diperoleh dari sholat dhuha.<br />2.cahaya dalam kubur dengan sholat tahajjud.<br />3 kemudahan dalam menjawab pertanyaan munkar nakir dengan membaca Al-Qur'an.<br />4.kemuadahan melintasi siratal mustaqim dengan puasa dan bersedekah.<br />5.mendapat perlindungan ARSY ILLAHI pada hari HISAB dengan ZIKRULLAH (ZIKIR).<br /></span><br /><br />so, mari kita amalkan dan sebarkan pesan ini.. semoga kita menjadi hamba yang bertaqwa serta terjauhi dari segala marabahaya dunia yang fana dan selalu dilindungi serta diberikan keRidhoanNya.. semoga kita dapat bertemu disyurgaNya nanti...<br /><br />jangan ragu sob, untuk bertindak...<br /><br />ada lima jalan kesuksesan dunia akhirat.............!!!!!!!!!!!!!! woooww... mau, mau, mau... (yang ga' baca rugi...)..Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5975444671633602920.post-87128554305264817592010-03-30T06:50:00.000-07:002010-03-30T07:02:23.839-07:00Mengapa Allah (Sepertinya) Tidak Menjawab Do'a KitaDzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Al Dzaelani<br />Imam Ibnu Al-Qayyim Berkata :<br /><br /><span style="font-weight:bold;">“Du’aa’s and ta’awwudhaat [prayers seeking refuge with Allaah] are like a weapon, and a weapon is only as good as the person who is using it; it is not merely the matter of how sharp it is. If the weapon is perfect and free of faults, and the arm of the person using it is strong, and there is nothing stopping him, then he can lay waste the enemy. But if any of these three features is lacking, then the effect will be lacking accordingly.”(al-Daa’ wa’l-Dawaa’, p. 35).<br /></span><br />From this it will be clear that there is an etiquette and rulings which must be fulfilled, in the du’aa’ and in the person making the du’aa’. There are also things that may prevent the du’aa’ reaching Allaah or being answered – these things must be removed from the person making the du’aa’ and from the du’aa’. When all of these conditions are fulfilled, then the du’aa’ may be answered.<br />1. Sincerity in making du’aa’. This is the most important condition. Allaah has commanded us to be sincere when making du’aa’, as He says (interpretation of the meaning):<br /><br /> <span style="font-weight:bold;">“So, call you (O Muhammad and the believers) upon (or invoke) Allaah making (your) worship pure for Him (Alone) (by worshipping none but Him and by doing religious deeds sincerely for Allaah’s sake only and not to show off and not to set up rivals with Him in worship)”<br /> [Ghaafir 40:14]</span><br /><br />.<br /><br /><br />Sincerity in du’aa’ means having the firm belief that the One upon Whom you are calling – Allaah, may He be glorified and exalted – is alone Able to meet your need, and it also means avoiding any kind of showing off in your du’aa’.<br /><br />2. Repentance and turning back to Allaah. Sin is one of the main reasons why du’aa’s are not answered, so the person who is making du’aa’ should hasten to repent and seek forgiveness before he makes du’aa’. Allaah tells us that Nooh (peace be upon him) said:<br /><br /> <span style="font-weight:bold;">“I said (to them): ‘Ask forgiveness from your Lord, verily, He is Oft-Forgiving; He will send rain to you in abundance, And give you increase in wealth and children, and bestow on you gardens and bestow on you rivers.’ ” [Nooh 71:10-12]</span><br /><br /><br /><br />3. Beseeching, humbling oneself, hoping for Allaah’s reward and fearing His punishment. This is the spirit, essence and purpose of du’aa’. Allaah says (interpretation of the meaning):<br /><br /> <span style="font-weight:bold;">“Invoke your Lord with humility and in secret. He likes not the aggressors” [al-A’raaf 7:55].</span><br /><br /><br /><br />4. Urgently beseeching and repeating the du’aa’, without getting exasperated or bored; this is achieved by repeating the du’aa’ two or three times. Restricting it to three times is preferable, in accordance with the Sunnah of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him). Ibn Mas’ood (may Allaah be pleased with him) narrated that the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) liked to say a du’aa’ three times and ask for forgiveness three times. This was narrated by Abu Dawood and al-Nasaa’i.<br /><br /><br />5. Making du’aa’ at times of ease, and saying more du’aa’s at times of plenty. The Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said:<br /><br /> <span style="font-weight:bold;">“Remember Allaah during times of ease and He will remember you during times of hardship.” Narrated by Ahmad.<br /></span><br /><br /><br />6. Seeking to draw closer to Allaah by calling upon Him by His Most Beautiful Names and Sublime Attributes at the beginning of the du’aa’ or at the end. Allaah says (interpretation of the meaning):<br /><br /> <span style="font-weight:bold;">“And (all) the Most Beautiful Names belong to Allaah, so call on Him by them” [al-A’raaf 7:180].</span><br /><br />7. Choosing the clearest and most concise words and the best of du’aa’s. The best of du’aa’s are the du’aa’s of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him), but it is permissible to say other words according to the specific needs of a person.<br /><br />Other aspects of the etiquette of making du’aa’, although they are not waajib (obligatory), are: to face the Qiblah; to make du’aa’ in a state of tahaarah (purity); to start the du’aa’ with praise of Allaah and blessings upon the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him). It is also prescribed to raise the hands when making du’aa’.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">One of the things that helps to bring a response to du’aa’ is to seek the best times and places.<br /></span><br /> Among the best times is the time just before Fajr (dawn), the last third of the night, the last hour of Jumu’ah (Friday), when rain is falling, and between the Adhaan and iqaamah.<br /><br /> Among the best places are mosques in general, and al-Masjid al-Haraam [in Makkah] in particular.<br /><br /> Among the situations in which du’aa’ is more likely to be answered are: when one is mistreated or oppressed, when one is travelling, when one is fasting, when one is in desperate need, and when a Muslim makes du’aa’ for his brother in his absence.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Things which may prevent du’aa’ from being answered include:</span><br /><br /><br /> 1. When the du’aa’ is weak in itself, because it involves something inappropriate, or involves bad manners towards Allaah, may He be exalted, or it is inappropriate, which means asking Allaah for something which it is not permitted to ask, e.g. when a man asks to live forever in this world, or he asks for a sin or something haraam, or he prays that he will die, and so on. Abu Hurayrah (may Allaah be pleased with him) said: The Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “A person's du’aa’s will continue to be answered so long as he does not pray for something sinful or for the breaking of family ties.” Narrated by Muslim.<br /><br /><br /> 2. When the person who is making du’aa’ is weak in himself, because he is faint-hearted in his turning towards Allaah. This may be either because of bad manners towards Allaah, may He be exalted – such as raising his voice in du’aa’ or making du’aa’ in the manner of one who thinks he has no need of Allaah; or because he pays too much attention to the wording and tries to come up with unnecessarily ornate phrases, without paying attention to the meaning; or because he tries too hard to weep or shout without really feeling it, or he goes to extremes in that.<br /><br /><br /> 3. The reason why his du’aa’ is not answered may be because he has done something that Allaah has forbidden, such as having haraam wealth – whether it be food or drink or clothing or accommodation or transportation, or he has taken a haraam job, or the stain of sin is still in his heart, or he is following bid’ah (innovation) in religion, or his heart has been overtaken by negligence.<br /><br /><br /> 4. Consuming haraam wealth. This is one of the major reasons why du’aa’s are not answered. Abu Hurayrah (may Allaah be pleased with him) said: the Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “O people, Allaah is Good and only accepts that which is good. Allaah commanded the pious to follow the same commandments as He gave to the Messengers. He says (interpretation of the meaning):<br /><br /> <span style="font-weight:bold;">‘O (you) Messengers! Eat of the Tayyibaat [all kinds of Halaal (lawful) foods which Allaah has made lawful (meat of slaughtered eatable animals, milk products, fats, vegetables, fruits)] and do righteous deeds. Verily, I am Well-Acquainted with what you do’ [al-Mu’minoon 23:51]</span><br /><br /> <span style="font-weight:bold;"> ‘O you who believe (in the Oneness of Allaah — Islamic Monotheism)! Eat of the lawful things that We have provided you with’ [al-Baqarah 2:172]</span><br /><br /> Then he mentioned a man who has travelled on a long journey and is dishevelled and covered with dust; he stretches forth his hands to the heaven, (saying) <span style="font-weight:bold;">“O Lord, O Lord”, but his food is haraam, his drink is haraam, all his nourishment is haraam, so how can he du’aa’ be accepted?” Narrated by Muslim.</span><br /><br /> The man described by the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) had some of the characteristics which help du’aa’s to be answered – he was travelling and he was in need of Allaah, may He be exalted and glorified – but the fact that he consumed haraam wealth prevented his du’aa’ from being answered. We ask Allaah to keep us safe and sound.<br /><br /><br /> 5. Trying to hasten the response. Abu Hurayrah (may Allaah be pleased with him) said: the Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) said: <span style="font-weight:bold;">“The du’aa’ of any one of you will be answered so long as he is not impatient and says, ‘I made du’aa’ but it was not answered.’” Narrated by al-Bukhaari and Muslim.</span><br /><br /><br /> 6. Making the du’aa’ conditional, such as saying, “O Allaah, forgive me if You will” or “O Allaah, have mercy upon me if You will.” The person who makes du’aa’ has to be resolute in his supplication, striving hard and earnestly repeating his du’aa’. The Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “Let not any one of you say, ‘O Allaah, forgive me if You will, O Allaah, have mercy on me if You will.’ Let him be resolute in the matter, whilst knowing that no one can compel Allaah to do anything.” Narrated by al-Bukhaari and Muslim.<br /><br /> In order for du’aa’s to be answered, it is not essential to adhere to all of these points and be free of all that could prevent one’s du’aa’s from being answered. That is something which happens very rarely. But one has to try hard and strive towards achieving this.<br /><br /> Another important point is to realize that the response to the du’aa’ may take different forms: either Allaah will respond and fulfil the desire of the person who made the du’aa’, or He will ward off some evil from him because of the du’aa’, or He will make something good easy for him to attain because of it, or He will save it with Him for him on the Day of Resurrection when he will be most in need of it. And Allaah knows best.Dzikir Manaqib Al Baghdadihttp://www.blogger.com/profile/00060891876034001854noreply@blogger.com0